Bersitegang dengan Presiden Bolsonaro, menteri kesehatan Brasil kembali mundur



KONTAN.CO.ID - BRAZILIA. Menteri Kesehatan Brasil Nelson Teich mengundurkan diri dari jabatannya menyusul ketidaksepakatan atas penanganan pemerintah terhadap pandemi virus corona. 

Teich yang baru menjabat sebagai menteri kesehatan kurang dari sebulan ini mengkritik sebuah dekrit yang dikeluarkan Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Dekrit tersebut berisi aturan yang memungkinkan pusat kebugaran dan salon kecantikan kembali dibuka. 

Baca Juga: Langkahi Prancis, Brasil kini menjadi negara terparah keenam virus corona di dunia


Walau tak mengungkapkan alasan resmi pengunduran dirinya, Teich diketahui juga bersitegang dengan Presiden Bolsonaro yang inin menggunakan chloroquine sebagai obat Covid-19. 

Obat ini memang sudah mendapatkan perhatian global meski Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tidak ada bukti bahwa obat ini berhasil mengatasi virus corona. 

Keputusan yang diambil Presiden Bolsonaro terkait penanganan virus corona di Negeri Samba memang selalu mendapat kritik dari menteri kesehatan. 

Bahkan, pendahulu Teich, Luiz Henrique Mandetta  dipecat dari jabatannya setelah tidak setuju dengan keputusan Bolsonaro yang terang-terangan menolak kebijakan lockdown. Mandetta juga baru sebulan menjabat sebagai menteri kesehatan. 

Bolsonaro juga sudah mengeluarkan komentar kontroversial setelah menganggap virus corona sebagai "flu biasa" dan menyebut penyebaran Covid-19 ini tidak terhindarkan. 

Baca Juga: Kematian akibat virus corona capai 300.000 orang, ini negara yang paling menderita

Akibat kebijakannya tersebut, jumlah korban virus corona di Brasil pun meledak ke level tertinggi. 

Baru-baru ini, jumlah kasus virus corona di Brasil sudah melewati Jerman dan Prancis setelah mencapai 218.000 kasus dengan rekor penambahan baru dalam 24 jam terakhir sebanyak 15.305. 

Angka kematian harian akibat virus corona pun melejit ke level tertinggi setelah penambahan 824 korban meninggal. Sehingga jumlah korban tewas di Brasil capai 14.817. 

Editor: Anna Suci Perwitasari