Bertamasya asyik dan unik



Piknik atau berwisata sudah pasti mengasyikkan. Jika punya cukup dana, Anda bisa terbang ke Bali atawa Lombok. Namun, saat kantong cekak, pelesiran ke tempat-tempat wisata atau ruang terbuka publik di dalam kota pun tak kalah menyenangkan.

Tak punya teman untuk berjalan-jalan di dalam kota? Tenang, Anda bisa bergabung dengan komunitas Piknik Asik. Komunitas ini terbilang unik.

Kumpulan para penyuka tamasya yang berdiri 19 Januari 2011 ini rutin melancong ke kebun binatang atau taman kota. “Tanpa kita sadari, sebenarnya, banyak tempat-tempat menarik di sekeliling kita. Dan, untuk itu, bersama Piknik Asik, mari kita jelajah bersama dan bercanda di sana,” ajak Rahne Putri, salah satu penggagas Piknik Asik.


Seunik nama dan kegiatannya, kisah kelahiran komunitas ini tak kalah nyeleneh. Lini masa (timeline) Twitter menjadi awal kelahiran komunitas ini.

Suatu ketika, Rahne tertarik terhadap isi kicauan Valiant Budi Yogi di akun Twitter-nya @vabyo. Waktu itu, Rahne berkisah, di timeline-nya Vabyo bercerita tentang kegiatan Klub Botram yang ia dirikan di Bandung. Anggota klub ini sering kumpul di rumah salah satu anggota komunitas dengan membawa rantang berisi bekal. Di situ, mereka kemudian makan bersama.

Kegiatan kumpul-kumpul itu memang tampak simpel. Namun, Rahne justru menilai aktivitas itu seru. Sebab, ia sulit menemui gaya hangout seperti itu. Biasanya, orang lebih memilih kafe atau restoran untuk acara makan bersama.

Berangkat dari situ, akhirnya, tercetus ide untuk mendirikan komunitas serupa di Jakarta. Bersama Indira, teman yang ia kenal di jejaring sosial, Rahne mendirikan Piknik Asik. Keduanya lalu membikin akun Twitter @piknikasik untuk menjaring para penyuka tamasya.

Tak butuh waktu lama, hanya 10 hari setelah akun terbentuk, komunitas ini langsung menggelar piknik pertamanya di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan. Acara ini terbilang sukses. Sekitar 60 orang ikut kegiatan itu. “Awalnya, saya kaget karena ternyata banyak juga peminatnya,” tutur Rahne yang juga doyan bersepeda, terutama saat Car Free Day alias Hari Bebas Kendaraan Bermotor.

Saat ini, 2.410 orang menjadi follower Piknik Asik. Mereka tidak hanya berasal dari Ibukota saja, tapi juga kota-kota lain di Indonesia, seperti Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Selanjutnya, para follower @piknikasik membentuk komunitas Piknik Asik di kota masing-masing.

Empat cabang

Nah, Ahad (19/2), Piknik Asik Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya serempak mengadakan tamasya di kota masing-masing dengan tajuk Piknik Valentine. Mereka pergi ke Taman Tebet (Jakarta), Taman Lalu Lintas (Bandung), Taman KB (Semarang), Taman Monumen Serangan Umum 1 Maret (Yogyakarta), dan Kebun Bibit Bratang (Surabaya). Dress code: baju pink, putih, atau biru muda.

Anggota komunitas ini datang dari beragam profesi. Ada mahasiswa, pekerja kantoran, sampai pengusaha kecil menengah. Rahman Diqi yang sehari-hari menjadi distributor keripik Bukan Si Emak salah satunya. “Saya tertarik bergabung karena kegiatan Piknik Asik adalah piknik yang terbilang langka,” kata mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Industri, Jakarta ini.

Lain lagi cerita Teddy, freelance product designer yang bergabung dengan Piknik Asik sejak kegiatan perdananya di Kebun Binatang Ragunan. Ia mengaku tertarik bergabung lantaran acara komunitas ini jadi alternatif kegiatannya di akhir pekan. Selama ini, mal selalu jadi pilihan Teddy untuk menghabiskan akhir pekan.

Rahne bilang, kegiatan Piknik Asik juga menjadi ajang kopi darat anggotanya yang selama ini hanya bisa “bertemu” di dunia maya. Makanya, semboyan komunitas ini adalah: Jangan Takut Bertamasya dengan Teman Dunia Maya. Tapi, “Siapa pun (meskipun tidak menjadi follower akun Piknik Asik) bebas mengikuti acara Piknik Asik,” tegas Rahne. Maklum, komunitas ini juga memasang woro-woro rencana piknik di blog mereka, piknikasik.tumblr.com.

Kegiatan jalan-jalan komunitas ini juga mendekatkan diri para anggotanya dengan alam. Untuk itu, mereka sering piknik ke taman kota dan kebun binatang, bukan mal atau kafe. Kunci utama keberhasilan komunitas ini adalah melakukan kegiatan yang menyenangkan. “Piknik tidak usah ribet seharusnya,” kata Rahne yang berstatus karyawan PT Tempo Promosi, anak usaha Tempo Group ini.

Selain menjadi lebih dekat dengan alam, Rahne menuturkan, kegiatan piknik di dalam kota juga lebih hemat lantaran tidak mengeluarkan banyak biaya. Misalnya, saat piknik ke taman kota, mereka tak harus mengeluarkan uang untuk membayar tiket masuk. “Kami memberikan alternatif lokasi yang menyenangkan dan hangat untuk dibuat berkumpul saat weekend,” terangnya.

Dalam setiap piknik, Piknik Asik tidak mempersiapkan banyak hal. Bahkan, komunitas ini juga tidak menyusun kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan ketika piknik. “Semuanya serba spontan,” papar Rahne yang merupakan lulusan Komunikasi Visual Universitas Muhamadiyah Malang.

Melalui Twitter, komunitas ini mengumumkan tempat dan jadwal piknik. Para anggota yang tertarik ikut mesti membawa bekal makanan dan peralatan pendukung piknik, seperti tikar, gitar, kartu remi atau gaple, dan catur.

Di lokasi piknik, anggota komunitas yang datang biasanya sekitar 70–80 orang. Ada juga anggota yang membawa anggota keluarganya dan kemudian membuat kegiatan sendiri secara spontan. “Serba self service,” ungkap Rahne.

Awalnya, ketiadaan susunan acara membuat peserta piknik bertanya-tanya. Namun, Piknik Asik memang sengaja tidak menyusun acara karena itu hanya akan membuat tamasya menjadi kaku. Jadi, “Kami memilih let it flow saja. Kalau terlalu direncanakan malah jadi tidak menyenangkan,” kata Rahne lagi.

Karena itu, biasanya, anggota komunitas yang ikut piknik datang dengan rasa penasaran. Pertama, mereka penasaran merasakan piknik di taman kota. Kedua, mereka penasaran dengan orang-orang yang selama ini hanya mereka kenal lewat akun Twitter.

Berbagi ilmu

Spontanitas justru membuat kegiatan piknik komunitas ini tak monoton. Acara piknik pernah diawali dengan melakukan beberapa gerakan yoga karena ada anggota komunitas yang ternyata guru yoga. Begitu juga saat ada guru aerobik ikut serta, acara dimulai dengan aerobik.

Lalu, waktu ada anggota komunitas yang bekerja sebagai tukang rias, kegiatan piknik diisi acara belajar make up gratis. Latihan parkour juga pernah mereka lakukan ketika ada anggota Piknik Asik yang jago seni gerak asal Prancis ini ikut.

Rahman Diqi menyatakan, kegiatan Piknik Asik memang berbeda dengan kegiatan piknik biasa. Misalnya, para pesertanya beberapa kali melakoni permainan anak-anak tempo doeloe. Misalnya lompat karet. “Malah pernah ada kelas make up dan totok aura,” bebernya.

Diqi menyimpulkan, orang-orang yang mengikuti kegiatan Piknik Asik memang senang membagikan keahlian yang mereka kuasai. Contoh, Goenrock, peserta piknik yang juga pendiri Levitasi Hore, komunitas fotografer levitasi. Ia pernah mengajarkan teknik fotografi levitasi yang membuat sesuatu atau seseorang tampak seolah-olah melayang tanpa menggunakan alat bantu. “Kegiatan semacam ini yang membuat saya sangat tertarik pada Piknik Asik dan sering mengikuti acaranya,” katanya.

Lebih dari itu, Diqi membeberkan, kegiatan Piknik Asik juga punya dampak positif bagi usahanya. Sebab, dalam setiap acara jalan-jalan yang ia ikuti, dirinya bisa memasarkan produk keripiknya.

Dari kegiatan Piknik Asik, Teddy juga tiga kali mendapat pekerjaan. “Dimulai kenalan waktu piknik, kemudian ada beberapa orang yang butuh jasa product designer dan mereka minta bantuan saya. Karena itu, saya kian tertarik dengan komunitas ini,” kata Teddy.

Selama setahun Piknik Asik eksis, Rahne bilang, komunitas ini sudah 10 kali mengadakan piknik di Jakarta. Selain Kebun Binatang Ragunan, mereka juga pergi ke Taman Langsat di Kebayoran Baru dan Monas. “Rencana, mulai tahun ini, kami akan rutin mengadakan piknik,” imbuhnya.

Dalam kegiatannya, Piknik Asik juga mengajak anggota komunitas lain. Ambil contoh, di acara The Piknik Asik MP3 Experiment Day, 18 Desember 2011, mereka piknik bersama komunitas KeluaRumah, Jalan Kaki, dan Jakarta My Stifer.

Rencananya, di masa datang, Rahne ingin menyusun database anggota komunitasnya. Selama ini, “Saya tidak terlalu mengutamakan database karena tujuan utama kami hanya untuk bersenang-senang ketika piknik,” papar Rahne.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari