Pada awal Maret ini, video seorang bule asal Inggris berenang di antara sampah plastik yang tebal di laut Nusa Penida, Bali, menjadi viral di media sosial. Sang penyelam bernama Rich Horner. Dalam video yang tersebar itu, tampak Rich merekam kondisi laut di Bali yang menyedihkan. Dalam video itu juga tampak jelas terlihat bagaimana sampah-sampah tersebut bergerak mengikuti arus di antara ikan-ikan yang berenang. Rich yang sudah tinggal di Bali selama lima tahun mengatakan, dirinya tidak pernah melihat plastik dalam skala yang besar seperti ini sebelumnya. Potret pantai di Bali penuh sampah memang bukan hal yang baru. Bahkan pada Desember 2017, pemerintah daerah Bali mendeklarasikan 'Bali darurat sampah', seiring kian menggunungnya sampah di wilayah ini. Melansir Kompas.com, dalam masalah sampah di laut, Indonesia berada di urutan kedua setelah China sebagai penyumbang terbesar puing-puing laut. Jumlah sampah yang dihasilkan oleh Indonesia mencapai 1,29 juta metrik ton. Memang pemerintah Bali tidak tinggal diam seiring memburuknya masalah ini. Setelah mendeklarasikan 'darurat sampah' di sepanjang 6 kilometer yang mencakup pantai Jimbaran, Kuta, dan Seminyak, pemda Bali juga telah mengerahkan 700 petugas kebersihan dan 35 truk untuk membuang 100 ton sampah setiap harinya dari laut. Apa upaya itu cukup? Rupanya tidak. Masalah sampah di laut Bali kian menjadi-jadi hingga sekarang.
Berteman sampah
Pada awal Maret ini, video seorang bule asal Inggris berenang di antara sampah plastik yang tebal di laut Nusa Penida, Bali, menjadi viral di media sosial. Sang penyelam bernama Rich Horner. Dalam video yang tersebar itu, tampak Rich merekam kondisi laut di Bali yang menyedihkan. Dalam video itu juga tampak jelas terlihat bagaimana sampah-sampah tersebut bergerak mengikuti arus di antara ikan-ikan yang berenang. Rich yang sudah tinggal di Bali selama lima tahun mengatakan, dirinya tidak pernah melihat plastik dalam skala yang besar seperti ini sebelumnya. Potret pantai di Bali penuh sampah memang bukan hal yang baru. Bahkan pada Desember 2017, pemerintah daerah Bali mendeklarasikan 'Bali darurat sampah', seiring kian menggunungnya sampah di wilayah ini. Melansir Kompas.com, dalam masalah sampah di laut, Indonesia berada di urutan kedua setelah China sebagai penyumbang terbesar puing-puing laut. Jumlah sampah yang dihasilkan oleh Indonesia mencapai 1,29 juta metrik ton. Memang pemerintah Bali tidak tinggal diam seiring memburuknya masalah ini. Setelah mendeklarasikan 'darurat sampah' di sepanjang 6 kilometer yang mencakup pantai Jimbaran, Kuta, dan Seminyak, pemda Bali juga telah mengerahkan 700 petugas kebersihan dan 35 truk untuk membuang 100 ton sampah setiap harinya dari laut. Apa upaya itu cukup? Rupanya tidak. Masalah sampah di laut Bali kian menjadi-jadi hingga sekarang.