KONTAN.CO.ID - Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mendampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn membahas mengenai beberapa perkembangan isu global dan dampaknya terhadap ASEAN. Pertemuan tersebut dilakukan di sela-sela Pertemuan Tingkat Menteri Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) di Paris, Prancis, Kamis lalu (2/5). Salah satu isu yang dibahas terkait percepatan ekonomi digital dan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN. “Pertemuan ini membahas beberapa isu global yang berdampak di ASEAN, salah satunya tentang percepatan ekonomi digital. Ekonomi digital diharapkan dapat memberikan banyak peluang, termasuk menciptakan lapangan pekerjaan. Kita bisa lihat pekerjaan di bidang teknologi informasi, pemasaran digital, jasa layanan ekspedisi, layanan pelanggan daring, dan masih banyak pekerjaan-pekerjaan lainnya yang tercipta dari pertumbuhan ekonomi digital,” ujar Wamendag Jerry. Wamendag Jerry menambahkan, ekonomi digital mampu meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing. Selain itu, juga memberikan akses kepada masyarakat yang sebelumnya sulit dijangkau lembaga keuangan tradisional.
“Pertumbuhan ekonomi digital membuka akses pemasaran yang memungkinkan penjualan produk dan layanan ke konsumen secara daring. Selain itu, ekonomi digital juga memberikan ketersediaan informasi yang lebih besar,” ujar Wamendag Jerry. Wamendag Jerry menjelaskan, negara-negara di ASEAN telah sepakat meluncurkan Negosiasi Kerangka Perjanjian Ekonomi Digital (ASEAN Digital Economy Framework Agreement/DEFA) pada September 2023 untuk mendukung percepatan ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara. DEFA akan menjadi landasan yang tangguh bagi ASEAN untuk menjadi kawasan ekonomi digital terkemuka. “ASEAN saat ini sedang merundingkan DEFA yang diharapkan dapat diselesaikan pada 2025 nanti. DEFA sangat berpotensi meningkatkan nilai ekonomi digital ASEAN hingga USD 2 triliun pada 2030 mendatang,” ungkap Wamendag Jerry. Isu lain yang dibahas yaitu tentang tren kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan otomatisasi. AI dan otomatisasi menawarkan peluang menarik bagi industri untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Namun, munculnya AI juga membawa permasalahan pada keamanan siber dan perlindungan data sehingga para pekerja harus dibekali keterampilan untuk beradaptasi terhadap perubahan tuntutan. Wamendag Jerry mengungkapkan, isu selanjutnya yang dibahas adalah tentang agenda keberlanjutan. Saat ini, investor semakin memprioritaskan aksi iklim ketika melakukan investasi baru. Menurut Boston Consulting Group (BCG), upaya mencapai masa depan yang netral karbon berpotensi menambah produk domestik bruto (PDB) ASEAN sebesar USD 3—5,3 triliun pada 2050. Hal ini dapat menarik investasi ramah lingkungan hingga USD 6,7 triliun dan menciptakan hingga 66 juta lapangan kerja baru di ASEAN. Pada kesempatan tersebut, Wamendag Jerry juga memberikan apresiasi dukungan Sekretariat ASEAN dalam pengembangan Visi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Pasca-2025 dan Rencana Strategis MEA 2026—2030. “Penyusunan Rencana Strategis MEA 2026—2030 perlu mengidentifikasi sektor-sektor prioritas untuk mendorong implementasi yang efektif. Identifikasi tersebut juga bertujuan memenuhi aspirasi masyarakat yang harus menjadi fokus MEA dalam pengembangan rencana strategis dan rencana kerja sektoral. MEA harus memprioritaskan bidang-bidang yang berdampak kecil dan besar, seperti perdagangan dan investasi, digitalisasi, dan keberlanjutan,” jelas Wamendag Jerry. Pertemuan Wamendag Jerry dan Sekjen ASEAN Kao Kim Hourn juga membicarakan mengenai tindak lanjut Priority Economic Deliverables (PED) Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023 lalu. Hal-hal yang dibicarakan seputar ekonomi biru, ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV), dan mempercepat operasionalisasi RCEP Support Unit (RSU). Sekjen ASEAN Soroti Aksesi Indonesia ke OECD Sekjen ASEAN Kao Kim Hourn juga menyoroti pencapaian perekonomian Indonesia dan aksesi Indonesia ke Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Berdasarkan perkiraan OECD, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan berada pada angka 5,1 persen, lebih tinggi 0,1 poin dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada 2023. Wamendag Jerry menuturkan, Indonesia berhasil mempertahankan tingkat inflasi sebesar 2,61 persen pada 2023 di tengah tingginya dan persistennya inflasi global. Hal itu membuat Indonesia berkomitmen melanjutkan reformasi struktural agar selaras dengan standar dan peraturan internasional. Menurut Wamendag Jerry, Dewan OECD telah setuju untuk mengadposi peta jalan (roadmap) aksesi untuk Indonesia pada Februari 2024 lalu. Roadmap tersebut mencakup 26 bidang kebijakan, mulai dari tata kelola perusahaan hingga pembangunan regional, dan kesehatan hingga pembuatan kapal. Sementara, Indonesia akan fokus pada sektor kebijakan utama, seperti antikorupsi, aliran modal, pendidikan, dan digitalisasi.
“Pemerintah Indonesia melakukan koordinasi internal untuk mempersiapkan partisipasi aktif kementerian dan lembaga terkait dalam Satuan Tugas Nasional Aksesi OECD. Rencananya, kerangka hukum Satuan Tugas Nasional tersebut akan diluncurkan langsung oleh Presiden Joko Widodo,” terang Wamendag Jerry. Wamendag Jerry menambahkan, perlu adanya kolaborasi yang lebih erat antara ASEAN dan OECD Southeast Asia Regional Program (SEARP). SEARP berfokus pada tiga kebijakan prioritas, yaitu iklim usaha dan daya saing, tata kelola dan transparansi, serta pertumbuhan inklusif. Terkait implementasinya, ASEAN dan OECD telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) guna memberikan kerangka kerja bagi kelanjutan kolaborasi di bidang-bidang yang menjadi kepentingan bersama.
Baca Juga: Targetkan Indonesia Jadi Anggota OECD, Wamendag Optimis Akan Bermanfaat bagi Dunia Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti