Bertengger di Atas US$ 800, Emas Asia Relatif Stabil



SINGAPURA. Hari ini, pergerakan harga emas di Asia relatif stabil dan masih berada di atas US$ 800. Harga si logam mulia ini sepertinya akan mengalami penguatan mingguan terbesar dalam tiga bulan terakhir seiring dengan melemahnya nilai dolar. Memang, pergerakan harga emas selalu bertentangan dengan pergerakan dolar. Alhasil, kini, emas kembali dilihat sebagai investasi alternatif.

Asal tahu saja, sepanjang minggu ini, emas sudah mengalami kenaikan sebesar 8,6%. Kenaikan ini merupakan yang tertinggi sejak 19 September lalu seiring dengan anjloknya nilai dolar sebesar 3,9% terhadap enam mata uang utama dunia lainnya. Pelemahan dolar ini lebih disebabkan gagalnya rencana bailout terhadap industri otomotif di Amerika Serikat (AS).

“Emas terus saja menempel ketat pergerakan dolar dalam beberapa minggu terakhir dan keterkaitan ini akan terus berlanjut hingga akhir tahun depan,” jelas Lu Wei, analis Jiangsu Holly Futures Brokerage Co, hari ini.


Pada pukul 10.17 waktu Singapura, emas untuk pengantaran cepat turun 17 sen dan bertengger pada posisi US$ 821,18 per troy ounce.

Sementara itu, di Nymex divisi Comex, emas untuk pengantaran bulan Februari mengalami penurunan sebesar 0,7% menjadi US$ 821,20 per troy ounce.

Selain itu, adanya kenaikan pada harga minyak pada minggu ini juga turut melonjakkan harga emas. Sekadar tambahan informasi, kontrak minyak untuk pengantaran bulan Januari naik 15% pada minggu ini. Hal itu disebabkan adanya rencana OPEC untuk kembali memangkas jumlah produksinya dan produksi minyak Arab Saudi lebih rendah dari yang diperkirakan pada bulan lalu.

Di Tokyo, emas untuk pengantaran bulan Oktober juga tak banyak berubah dan bertengger di level 2.410 yen per gram atau US$ 816 per troy ounce. Sedangkan di Shanghai, kontrak emas untuk pengantaran Juni naik 1,1% menjadi 180,85 yuan per gram atau setara dengan US$ 822 per troy ounce.

Editor: Didi Rhoseno Ardi