KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa pengamat memberi komentar terkait rencana pemberian insentif perpajakan untuk mobil hybrid. Belum lama ini, Presiden Joko Widodo menyebut bahwa regulasi yang mengatur insentif untuk mobil hybrid akan segera terbit. Saat ini, insentif tersebut masih dibahas di Kementerian Perindustrian dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, posisi mobil hybrid berada di tengah-tengah antara mobil konvensional dan mobil listrik.
Mobil hybrid memiliki teknologi penggerak mesin yang berasal dari energi listrik namun tetap mengkonsumsi BBM. Penggunaan mobil hybrid dipandang sebagai langkah transisi sebelum beralih sepenuhnya ke mobil listrik. Lantas, kalaupun mobil hybrid juga diberikan insentif pajak, ia memperkirakan besaran potongan pajaknya tidak sama dengan mobil listrik berbasis baterai. Ini sebagai bentuk kompensasi karena biar bagaimanapun mobil hybrid tetap mengkonsumsi BBM, kendati emisi yang dihasilkan lebih rendah. “Kalau misalnya insentif pajak mobil listrik diberikan 100%, maka mobil hybrid cukup 50%,” kata Tauhid, Senin (13/5).
Baca Juga: Hyundai Khawatir dengan Rencana Pemberian Insentif Mobil Hybrid Tauhid melanjutkan, tren penjualan mobil hybrid tentu akan meningkat ketika insentif diberlakukan. Hal ini jelas bisa mendistorsi pangsa pasar mobil listrik di Tanah Air, meski kemungkinan hanya sementara. Ini dengan catatan, pengembangan infrastruktur charging station terus dilakukan, harga baterai ditekan, dan layanan purna jual mobil listrik diperkuat. “Dengan begitu, secara alamiah masyarakat mau beralih ke mobil listrik sehingga penjualannya terus tumbuh,” jelas dia. Pengamat otomotif Bebin Djuana menilai, insentif untuk mobil hybrid jelas akan berdampak positif terhadap penjualan kendaraan tersebut pada masa mendatang. Insentif tersebut pada dasarnya tetap dibutuhkan, karena karakteristik konsumen di Indonesia berbeda-beda.
Ada yang merasa mampu langsung beralih ke mobil listrik dan ada pula yang ingin merasakan mobil hybrid terlebih dahulu. “Keduanya (mobil hybrid dan mobil listrik) sama-sama menekan konsumsi minyak bumi sekaligus emisi karbon,” kata dia, Senin (13/5). Sebagai catatan, saat ini pasar mobil hybrid memang lebih besar ketimbang mobil listrik. Merujuk data Gaikindo, penjualan mobil hybrid nasional berada di level 17.256 unit per April 2024, jauh di atas penjualan mobil listrik yang tercatat sebanyak 7.745 unit. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat