JAKARTA. Kamis besok (12/6) Bank Indonesia (BI) akan kembali melakukan rapat dewan gubernur (RDG) untuk mementukan arah kebijakan moneter BI ke depan. BI memastikan kebijakan moneter yang diambil akan tergantung pada data ekonomi.Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan kebijakan moneter BI akan bergantung pada data, baik data yang sudah lewat ataupun estimasi data ke depan. Data yang dilihat BI adalah data neraca perdagangan ekspor impor serta neraca transaksi berjalan.Dalam data tersebut neraca perdagangan triwulan IV 2013 dan triwulan I 2014 sudah baik, namun karena pola musiman data triwulan II akan mengalami tekanan. "Ke depan kami melihat bahwa neraca perdagangan dan barang jasa yang biasa kita sebut current account masih akan mengalami tekanan di kuartal II dan III sehingga ini masih menjadi faktor yang menjadi pertimbangan kebijakan moneter," ujar Mirza, Rabu (11/6).Untuk neraca transaksi berjalan triwulan II, BI memperkirakan akan terjadi defisit sebesar US$ 10 miliar atau dua kali lipat dibanding triwulan I. Hingga akhir tahun, BI memprediksi defisit secara total akan mencapai US$ 25 miliar.Ketika ditanyakan apakah suku bunga dalam rapat besok akan tetap ketat, dirinya mengaku kebijakan moneter akan tetap ke arah ketat. Artinya, BI masih tetap mempertahankan pola yaitu mengurangi impor sambil memberi stimulus kepada eksportir.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Besok, BI putuskan arah kebijakan moneter
JAKARTA. Kamis besok (12/6) Bank Indonesia (BI) akan kembali melakukan rapat dewan gubernur (RDG) untuk mementukan arah kebijakan moneter BI ke depan. BI memastikan kebijakan moneter yang diambil akan tergantung pada data ekonomi.Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan kebijakan moneter BI akan bergantung pada data, baik data yang sudah lewat ataupun estimasi data ke depan. Data yang dilihat BI adalah data neraca perdagangan ekspor impor serta neraca transaksi berjalan.Dalam data tersebut neraca perdagangan triwulan IV 2013 dan triwulan I 2014 sudah baik, namun karena pola musiman data triwulan II akan mengalami tekanan. "Ke depan kami melihat bahwa neraca perdagangan dan barang jasa yang biasa kita sebut current account masih akan mengalami tekanan di kuartal II dan III sehingga ini masih menjadi faktor yang menjadi pertimbangan kebijakan moneter," ujar Mirza, Rabu (11/6).Untuk neraca transaksi berjalan triwulan II, BI memperkirakan akan terjadi defisit sebesar US$ 10 miliar atau dua kali lipat dibanding triwulan I. Hingga akhir tahun, BI memprediksi defisit secara total akan mencapai US$ 25 miliar.Ketika ditanyakan apakah suku bunga dalam rapat besok akan tetap ketat, dirinya mengaku kebijakan moneter akan tetap ke arah ketat. Artinya, BI masih tetap mempertahankan pola yaitu mengurangi impor sambil memberi stimulus kepada eksportir.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News