JAKARTA. Mengikuti rilis kinerja ketenagakerjaan Amerika Serikat yang terbaru, dolar terlihat menguat berbanding sejumlah pasangan mata uang. Penggerak utama mata uang ini akan tertuju pada data indeks harga konsumer yang bakal mempengaruhi tingkat inflasi negeri Paman Sam. Berdasarkan pergerakan Bloomberg pada Kamis (10/8) pukul 18:20, pasangan EUR/USD terlihat melemah 0,29% ke 1,172, dari kinerja hari sebelumnya di 1,175. Pasangan GBP/USD melemah 0,15% ke 1,3000, dari sebelumnya di 1,3004.
Satu-satunya penurunan greenback terjadi di hadapan USD/JPY yang melemah 0,23% menjadi 109,81, dibanding kemarin di 110,07. Mengenai amarah Trump pada Korea Utara, yang kini populer dikenal sebagai "
Fire and Fury," Alwi Assegaf Analis PT Global Kapital Investama Berjangka menyatakan bahwa euro dan poundsterling tidak terpengaruh oleh komentar tersebut. Pasalnya, komentar tersebut lebih mempengaruhi mata uang safe haven alias valas aset aman seperti Franc Swiss dan Yen Jepang. Yen menguat lantaran amuk Trump pada Korea Utara menjadikan mata uang negara sakura yang merupakan aset aman ini menjadi opsi populer. Pasalnya investor akan memilih aset mata uang yang tidak berisiko. "Untungnya dolar ditopang data ekonomi yang bagus," jelas Alwi Assegaf Analis PT Global Kapital Investama Berjangka kepada KONTAN, Kamis (10/8). Data ekonomi yang dimaksud adalah data pendahuluan produktivitas sektor non-pertanian yang rilis Rabu (9/8) menunjukkan kinerja positif 0,9% alias lebih baik dari prediksi 0,7%. Tak hanya itu, pada hari yang sama, data Lowongan Pekerjaan dan Survei Perputaran Tenaga Kerja (JOLTS) Juni melaporkan lapangan kerja baru bertambah menjadi 6,16 juta, lebih baik dari prediksi 5,74 juta dan jauh lebih baik dari catatan periode sebelumnya di 5,7 juta. Terhadap valuasi sterling yang lebih banyak menunjukkan penurunan, dolar memiliki peluang menguat lebih tinggi. Pasalnya sejumlah rilis data perekonomian Inggris tidak memberikan sentimen positif pada pertumbuhan negara.
Alwi melanjutkan, sejumlah data yang harus diperhatikan untuk kinerja dolar adalah data Indeks Harga Konsumer (CPI) milik Amerika Serikat yang akan rilis besok Jumat (11/8). Prediksi pasar tumbuh di 0,2% berbanding kinerja Juli yang di 0%. Selain itu, pidato yang akan diberikan anggota Federal Open Market Committee (FOMC) Gubernur The Fed negara bagian Dallas Robert Kaplan dan Gubernur The Fed negara bagian Minneapolis Neel Kashkari dapat memberikan sentimen keputusan The Fed menaikan suku bunga. Sebagai informasi, naiknya suku bunga The Fed dapat memberikan imbal positif perekonomian negara AS dan menaikkan valuasi dolar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia