Besok, IHSG lanjutkan pelemahan hari ini



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan cenderung tertekan pada perdagangan besok hari, Selasa (8/3). Pasalnya, indikator teknikal indeks menunjukkan sinyal negatif.

Lanjar Nafi, analis Reliance Sekuritas menjelaskan secara teknikal IHSG mengonfirmasi pola 2 star in the north dengan membentuk pola bearish engulfing pada area upper bands setelah up trend jangka menengah.

Sedangkan indikator stochastic bearish pasca dead-cross pada minggu lalu di area overbought. Momentum RSI pun terlihat terus tertekan dari oscillator yang cukup tinggi.


"Sehingga kita perkirakan pergerakan IHSG masih akan cenderung tertekan, mencoba menutup gap dengan range pergerakan 4780-4850." kata Lanjar dalam riset yang diterima KONTAN, Senin (7/3).

Pada perdagangan hari ini, IHSG cenderung tertekan sejak awal sesi ditutup -19.31 poin sebesar -0.40% di level 4.831,57 dengan volume yang cukup tinggi sehingga disinyalir adanya aksi ambil untung investor pada awal pekan ini meski nilai tukar rupiah berhasil kembali menguat mendekati level 13.000 di saat harga minyak rebound.

Lanjar bilang, sektor komoditas menjadi primadona seakan investor berpindah ke sektor yang masih memiliki relative performance rendah namun mencetak pertumbuhan bottom line rata-rata di atas ekspetasi seperti sektor pertanian dan pertambangan. Investor asing mencatatkan net buy Rp 502 miliar.

Bursa Asia bergerak bervariasi selain indeks saham Jepang dan Indonesia Indeks saham regional menuju penutupan tertinggi tahun ini. Di mana saham emiten bahan baku naik setelah harga minyak mentah kembali di atas $36 per barel didukung oleh tanda-tanda pertumbuhan AS dan pemerintah china yang berencana untuk meningkatkan pertumbuhannya.

Bursa Eropa dibuka terkoreksi karena kekhawatiran kembali atas perlambatan ekonomi China di mana hasil kongres rakyat nasional di China menguraikan target pertumbuhan antara 6.5% hingga 7% untuk 2016.

Lanjar bilang, itu akan menjadi kurang dari pertumbuhan tahun lalu sebesar 6.9% yang merupakan pertumbuhan paling lambat china dalam seperempat abad.

Investor cenderung menunggu hasil pertemuan ECB dan menjadikan alasan tersebut untuk melakukan aksi ambil untung.

Menurut Lanjar, sentimen selanjutnya di antaranya data neraca perdagangan dan pertumbuhan eksport import di China dengan ekspetasi kembali defisit dengan perlambatan ekspor hingg -12.5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto