JAKARTA. Pemerintah siap merevisi roadmap target surplus produksi beras 10 juta ton melalui penajaman penurunan konsumsi beras. Revisi roadmap tersebut akan dibahas besok, Jumat (13/1). "Jangan sampai target tidak rasional. Dengan pengalaman realisasi produksi 2011. Untuk apa mempertahankan target dua tahun lalu yang hanya berakibat tidak sehat," ujar Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan usai menutup Rakernas Pertanian tahun anggaran 2012 di Jakarta, Kamis (12/1). Pemerintah menyadari bahwa target tersebut tidak mudah dicapai. Target produksi tahun ini sebesar 72 juta ton gabah kering giling (GKG) tidak realistis. Tahun lalu saja, dari target 70 juta ton, berdasarkan angka ramalan (Aram) III hanya tercapai 65,4 juta ton GKG. Angka itu kemungkinan hanya bertambah menjadi 66 juta ton pada angka tetap 2011. "Ini bisa jadi baseline tetapi tetap terlalu jauh (dari target 2012)," ujar Rusman. Revisi target itu dilakukan bukan dengan menurunkan dari sisi volume tetapi dengan mengurangi konsumsi beras. Surplus 10 juta ton selama ini dibebankan pada peningkatan produksi. Hal itu bisa dilakukan melalui dua cara, yaitu menggenjot produksi dan menurunkan konsumsi beras melalui diversifikasi pangan. Pelaksanaan diversifikasi pangan, menurut dia, tidak bisa dilakukan secara hitam putih karena akan memicu resistensi. Salah satunya dengan memperkaya asupan, di antaranya dengan pendekatan kepada sumber karbohidrat yang lain. "Misalnya, dari 100% karbohidrat dari beras, padahal banyak dari kearifan lokal," tuturnya. Saat ini, lanjut Rusman, penelitian Litbang Kementerian pertanian (Kementan) sudah banyak menemukan benih-benih unggul tetapi belum tersosialisasikan dengan baik. Padahal, petani di Indonesia sangat konservatif. Mereka hanya menggunakan penemuan baru jika sudah terbukti hasilnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Besok, pemerintah revisi roadmap surplus beras
JAKARTA. Pemerintah siap merevisi roadmap target surplus produksi beras 10 juta ton melalui penajaman penurunan konsumsi beras. Revisi roadmap tersebut akan dibahas besok, Jumat (13/1). "Jangan sampai target tidak rasional. Dengan pengalaman realisasi produksi 2011. Untuk apa mempertahankan target dua tahun lalu yang hanya berakibat tidak sehat," ujar Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan usai menutup Rakernas Pertanian tahun anggaran 2012 di Jakarta, Kamis (12/1). Pemerintah menyadari bahwa target tersebut tidak mudah dicapai. Target produksi tahun ini sebesar 72 juta ton gabah kering giling (GKG) tidak realistis. Tahun lalu saja, dari target 70 juta ton, berdasarkan angka ramalan (Aram) III hanya tercapai 65,4 juta ton GKG. Angka itu kemungkinan hanya bertambah menjadi 66 juta ton pada angka tetap 2011. "Ini bisa jadi baseline tetapi tetap terlalu jauh (dari target 2012)," ujar Rusman. Revisi target itu dilakukan bukan dengan menurunkan dari sisi volume tetapi dengan mengurangi konsumsi beras. Surplus 10 juta ton selama ini dibebankan pada peningkatan produksi. Hal itu bisa dilakukan melalui dua cara, yaitu menggenjot produksi dan menurunkan konsumsi beras melalui diversifikasi pangan. Pelaksanaan diversifikasi pangan, menurut dia, tidak bisa dilakukan secara hitam putih karena akan memicu resistensi. Salah satunya dengan memperkaya asupan, di antaranya dengan pendekatan kepada sumber karbohidrat yang lain. "Misalnya, dari 100% karbohidrat dari beras, padahal banyak dari kearifan lokal," tuturnya. Saat ini, lanjut Rusman, penelitian Litbang Kementerian pertanian (Kementan) sudah banyak menemukan benih-benih unggul tetapi belum tersosialisasikan dengan baik. Padahal, petani di Indonesia sangat konservatif. Mereka hanya menggunakan penemuan baru jika sudah terbukti hasilnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News