Besok, penguatan IHSG diproyeksi akan tertahan



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan bergerak beragam pada perdagangan besok dengan penguatan yang tertahan. Pasalnya, indikator teknikal indeks menunjukkan adanya sinyal negatif.

Lanjar Nafi, analis Reliance Sekuritas mengatakan, pergerakan IHSG seakan menghapus kemungkinan terbentuknya pola Head and Shoulder dengan kembali menguat mendekati upper bollinger bands. "Indikator Stochastic masih terus melebar kearah overbought dengan pergerakan RSI yang terkonsolidasi seakan memberikan signal tekanan aksi jual mulai datang." jelasnya dalam riset yang diterima KONTAN, Selasa (19/4).

Dengan begitu, Lanjar memperkirakan IHSG akan bergerak mixed dengan penguatan yang tertahan dikisaran 4.844-4.910.


Hari ini, IHSG hanya mampu ditutup menguat 0.34% dilevel 4881.93 dengan volume cukup besar. Sektor keuangan memimpin pelemahan dan sektor property berhasil memimpin penguatan.

Lanjar bilang, kebijakan pemerintah mengenai tax amnesty dan peraturan kepemilikan asing di Property membuat beberapa emiten properti latah menguat pada perdagangan hari ini. Investor asing pun tercatat kembali melakukan aksi beli Rp 152.7 miliar seiring penguatan rupiah sebesar 0.26% pada akhir perdagangan.

Bursa Asia mayoritas gap up seiring penguatan harga minyak yang kembali diatas $40 per barrel. Aksi mogok buruh yang dimulai minggu di kuwait mengurangi output nasional sebesar 60% menjadi 1.1 juta barrel per hari dan Kekhawatiran mengenai harga minyak dunia dinilai terlalu ekstrim sehingga mampu terkoreksi menguat pada hari ini.

Sentimen pendorong lain ialah beberapa perusahaan di AS mencatatkan laba yang lebih baik dari perkiraan sehingga mampu membuat penguatan di bursa AS sebelumnya.

Adapun Bursa Eropa dibuka cukup bergairah setelah mendapat dorongan dari signal peningkatan investasi langsung di Eropa dengan data neraca pembayaran yang kian berkurang yang diharapkna dapat memacu pertumbuhan inflasi ke trend yang positif.

Menurut Lanjar, sentimen selanjutnya masih cukup sepi dimana hanya ada data Indeks Harga Produsen sebagai indikator inflasi komoditas dengan ekspetasi cukup positif pada bulan Maret 2016 dan tingkat investasi langsung investor asing di Jepang pada instrumen saham dan obligasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan