JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dijadwalkan akan menerima kunjungan resmi Perdana Menteri (PM) Belanda Mark Rutte ke Indonesia pada hari Selasa (19/11). Rutte disertai sejumlah pengusaha terkemuka dari Negeri Kincir Angin tersebut akan berada di Indonesia sampai Jumat (22/11). Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah menuturkan bahwa dalam pertemuan tersebut, SBY dan Rutte akan membahas sejumlah kerjasama bilateral di berbagai bidang serta sejumlah langkah untuk memperkuat dan memperluas kerjasama kedua negara. “Kedua pemimpin juga dijadwalkan akan menyaksikan penandatangan beberapa nota kesepahaman oleh kedua delegasi,” terang Faizasyah dalam siaran persnya, Senin (18/11).Faizasyah menjelaskan bahwa, Belanda merupakan salah satu negara yang terus mengalami kemajuan di berbagai bidang. Antara lain kemajuan di bidang ekonomi, Belanda merupakan salah satu mitra dagang terpenting Indonesia di kawasan Eropa. Ekspor utama Indonesia ke Belanda meliputi Kelapa Sawit, Kopra, Produksi Industri Kimia, dan Karet Alam. Pada tahun 2012, terdapat sembilan jenis barang yang mengalami kenaikan ekspor lebih dari 30%, yaitu enam produk setengah jadi dan tiga produk jadi (toys, women suit ensemble, dan crustaceas). Sementara itu, dari Belanda Indonesia mengimpor antara lain mesin dan pengolahan tembaga dan timah. Di bidang pembangunan, lanjut Faizasyah, khususnya pengelolaan air, infratsruktur, logistik dan pertanian, Belanda juga sangat kuat. Belanda merupakan salah satu negara terkemuka di dunia yang memiliki pengetahuan dan teknologi di bidang pengelolaan air. Belanda juga menjadi salah satu tujuan utama bagi para mahasiswa Indonesia untuk mendalami teknologi pengelolaan air dan pertanian. Di bidang infrstaruktur dan logistik, sesuai World Bank Logistic Performance Index tahun 2012, Belanda menempati urutan ke-5 (Indonesia urutan ke-59). Keunggulan Belanda tersebut antara lain disebabkan karena adanya bandara Schipol dan pelabuhan Rotterdam sebagai pintu masuk barang dan penumpang ke Eropa. Indonesia dan Belanda juga merupakan leading country di masing-masing kawasan. Di ASEAN, Indonesia telah memainkan peranan penting dalam menggagas dan membangun langkah bersama menuju ASEAN Community 2015. Sementara di Uni Eropa, Belanda telah berperan aktif dalam berbagai kebijakan kawasan. Pemerintah Belanda memberi perhatian serius terhadap berbagai prakarsa Indonesia di tataran regional dan internasional. Belum lama ini, misalnya, Menteri Luar Negeri Belanda Frans Timmermans telah berpartisipasi dalam Bali democracy Forum VI pada awal November 2013. “Delegasi Belanda juga direncanakan akan hadir pada Pertemuan Tingkat Menteri WTO ke-9 (MC-9) di Bali pada awal Desember 2013,” papar Faizasyah. Pada bulan Maret 2014 Belanda akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT Nuklir ke-3. Sementara Indonesia pada tahun 2014 akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Alliance of Civilizations. Untuk menghormati PM Rutte beserta delegasi Belanda, SBY akan menyelenggarakan jamuan santap malam resmi di Istana Negara. PM Rutte juga dijadwalkan akan menghadiri forum bisnis Indonesia-Belanda di Jakarta. Pada bulan Oktober 2010 lalu, hubungan Indonesia dan Belanda sedikit terganggu akibat pembatalan kunjungan SBY ke Belanda. Alasan pembatalan kunjungan tersebut waktu itu adalah karena adanya tuntutan penangkapan Presiden Republik Indonesia yang diajukan oleh Republik Maluku Selatan, RMS. Pengumuman pembatalan kunjungan tersebut dilakukan di Bandara Halim Perdanakusumah hanya beberapa saat sebelum pesawat kenegaraan yang sedianya akan membawa rombongan presiden lepas landas. Waktu itu SBY mengatakan, ada semacam pergerakan di Den Hag yang di dalamnya ada yang mengajukan tuntutan ke pengadilan Den Hag untuk mempersoalkan masalah HAM di Indonesia dan bahkan meminta kepada pengadilan untuk menangkap Presiden Indonesia pada saat berkunjung ke Belanda. Kunjungan SBY ke Belanda yang dibatalkan kala itu, merupakan undangan Ratu dan PM Belanda.
Besok, SBY sambut PM Belanda dan pelaku bisnis
JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dijadwalkan akan menerima kunjungan resmi Perdana Menteri (PM) Belanda Mark Rutte ke Indonesia pada hari Selasa (19/11). Rutte disertai sejumlah pengusaha terkemuka dari Negeri Kincir Angin tersebut akan berada di Indonesia sampai Jumat (22/11). Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah menuturkan bahwa dalam pertemuan tersebut, SBY dan Rutte akan membahas sejumlah kerjasama bilateral di berbagai bidang serta sejumlah langkah untuk memperkuat dan memperluas kerjasama kedua negara. “Kedua pemimpin juga dijadwalkan akan menyaksikan penandatangan beberapa nota kesepahaman oleh kedua delegasi,” terang Faizasyah dalam siaran persnya, Senin (18/11).Faizasyah menjelaskan bahwa, Belanda merupakan salah satu negara yang terus mengalami kemajuan di berbagai bidang. Antara lain kemajuan di bidang ekonomi, Belanda merupakan salah satu mitra dagang terpenting Indonesia di kawasan Eropa. Ekspor utama Indonesia ke Belanda meliputi Kelapa Sawit, Kopra, Produksi Industri Kimia, dan Karet Alam. Pada tahun 2012, terdapat sembilan jenis barang yang mengalami kenaikan ekspor lebih dari 30%, yaitu enam produk setengah jadi dan tiga produk jadi (toys, women suit ensemble, dan crustaceas). Sementara itu, dari Belanda Indonesia mengimpor antara lain mesin dan pengolahan tembaga dan timah. Di bidang pembangunan, lanjut Faizasyah, khususnya pengelolaan air, infratsruktur, logistik dan pertanian, Belanda juga sangat kuat. Belanda merupakan salah satu negara terkemuka di dunia yang memiliki pengetahuan dan teknologi di bidang pengelolaan air. Belanda juga menjadi salah satu tujuan utama bagi para mahasiswa Indonesia untuk mendalami teknologi pengelolaan air dan pertanian. Di bidang infrstaruktur dan logistik, sesuai World Bank Logistic Performance Index tahun 2012, Belanda menempati urutan ke-5 (Indonesia urutan ke-59). Keunggulan Belanda tersebut antara lain disebabkan karena adanya bandara Schipol dan pelabuhan Rotterdam sebagai pintu masuk barang dan penumpang ke Eropa. Indonesia dan Belanda juga merupakan leading country di masing-masing kawasan. Di ASEAN, Indonesia telah memainkan peranan penting dalam menggagas dan membangun langkah bersama menuju ASEAN Community 2015. Sementara di Uni Eropa, Belanda telah berperan aktif dalam berbagai kebijakan kawasan. Pemerintah Belanda memberi perhatian serius terhadap berbagai prakarsa Indonesia di tataran regional dan internasional. Belum lama ini, misalnya, Menteri Luar Negeri Belanda Frans Timmermans telah berpartisipasi dalam Bali democracy Forum VI pada awal November 2013. “Delegasi Belanda juga direncanakan akan hadir pada Pertemuan Tingkat Menteri WTO ke-9 (MC-9) di Bali pada awal Desember 2013,” papar Faizasyah. Pada bulan Maret 2014 Belanda akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT Nuklir ke-3. Sementara Indonesia pada tahun 2014 akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Alliance of Civilizations. Untuk menghormati PM Rutte beserta delegasi Belanda, SBY akan menyelenggarakan jamuan santap malam resmi di Istana Negara. PM Rutte juga dijadwalkan akan menghadiri forum bisnis Indonesia-Belanda di Jakarta. Pada bulan Oktober 2010 lalu, hubungan Indonesia dan Belanda sedikit terganggu akibat pembatalan kunjungan SBY ke Belanda. Alasan pembatalan kunjungan tersebut waktu itu adalah karena adanya tuntutan penangkapan Presiden Republik Indonesia yang diajukan oleh Republik Maluku Selatan, RMS. Pengumuman pembatalan kunjungan tersebut dilakukan di Bandara Halim Perdanakusumah hanya beberapa saat sebelum pesawat kenegaraan yang sedianya akan membawa rombongan presiden lepas landas. Waktu itu SBY mengatakan, ada semacam pergerakan di Den Hag yang di dalamnya ada yang mengajukan tuntutan ke pengadilan Den Hag untuk mempersoalkan masalah HAM di Indonesia dan bahkan meminta kepada pengadilan untuk menangkap Presiden Indonesia pada saat berkunjung ke Belanda. Kunjungan SBY ke Belanda yang dibatalkan kala itu, merupakan undangan Ratu dan PM Belanda.