Betah di kisaran Rp 14.000 per dolar AS, rupiah dalam tren menguat di tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masih bertahan di sekitar level psikologis Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS), nilai tukar rupiah diperkirakan berada di jalur penguatan hingga akhir tahun ini.

Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Selasa (2/2) rupiah ditutup melemah tipis 0,01% di level Rp 14.025 per dolar AS. Sepanjang tahun ini pun, rupiah sudah menguat tipis 0,18% secara ytd. 

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, rupiah berpotensi menguat karena didukung pergerakan indeks saham regional yang juga menghijau. 


Ditambah lagi, langkah Presiden AS Joe Biden untuk memulai pembahasan paket stimulus bantuan Covid-19 dengan anggota Senat Partai Republik, turut memberikan sentimen positif bagi mata uang Garuda di masa depan.

"Reposisi fund manager untuk kembali masuk ke aset berisiko di awal bulan ikut mendorong penguatan aset berisiko," kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (2/2).

Baca Juga: Ekonom: Pergerakan rupiah sudah sesuai dengan valuasinya

Sementara itu, pasar masih mewaspadai tingginya kasus Covid-19 di Tanah Air yang sewaktu-waktu bisa menahan penguatan rupiah lebih lanjut. Untungnya, Ariston memandang minat pasar terhadap aset berisiko kelihatan masih tinggi, sehingga masih akan ada potensi rupiah menguat ke depannya, syaratnya pasar butuh pemicu baru.

"Kejelasan soal stimulus AS bisa memberikan sentimen positif. Kemungkinan untuk menguat masih besar (hingga akhir tahun), di rentang Rp 13.600 hingga Rp 14.500 per dolar AS," tambahnya.

Adapun sentimen lain yang diharapkan turut menjadi penopang penguatan rupiah, seperti masuknya dana asing lewat Sovereign Wealth Fund (SWF). Kendati demikian, sentimen terkait pemulihan ekonomi, stimulus AS, kelancaran distribusi vaksin Covid-19, penurunan penularan virus corona diharapkan bisa menjadi penggerak rupiah di tahun ini.

Di sisi lain, ketegangan politik yang tengah terjadi di Myanmar, belum akan berpengaruh pada prospek rupiah. Namun akan lain cerita, jika kudeta berujung menimbulkan konflik internasional yang lebih luas, semisal adanya ikut campur dari negara lain. 

Adapun terkait rencana Bank Indonesia (BI) untuk menjadikan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) sebagai acuan nilai tukar dirasa tidak akan berpengaruh banyak terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. 

Selanjutnya: 2021 Menjadi tahun yang prospektif bagi nilai tukar rupiah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari