Beternak sapi di NTB, RNI gandeng BUMD



JAKARTA. PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) kian getol mengembangkan bisnis ternak sapi. Kali ini, perusahaan pelat merah ini berencana mengembangkan penggemukan sapi di Nusa Tenggara Barat (NTB). Demi memuluskan rencana tersebut, tahun depan, perusahaan pelat merah ini bakal menggandeng PT Gerbang NTB Emas, badan usaha milik daerah (BUMD) provinsi Nusa Tenggara Barat. Dari kerjasama itu, RNI menargetkan dapat menggemukkan 50.000 ekor sapi bakalan pada 2013. Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro memperkirakan, kebutuhan investasi untuk mengembangkan usaha ini mencapai Rp 75 miliar. "Pendanaan sebesar 30% berasal dari RNI, sedangkan sisanya dari pinjaman bank," ungkapnya, Rabu (12/12).Rencananya, pengembalaan sapi akan dibangun di Lombok Praya, NTB, di lahan seluas 27 hektare. Selain pengemukan sapi, di lokasi tersebut akan terintegrasikan dengan rumah potong hewan (RPH) dan pabrik pengolahan.Sapi bakalan yang akan digemukkan berasal dari sapi lokal, yakni sapi bali dan sapi lombok, serta sapi persilangan. Namun untuk tahap awal, sapi bakalan yang akan digemukkan adalah sapi lokal. Kata Ismed, pada Januari 2013, Gerbang NTB Emas sudah menyanggupi menyediakan bibit sapi bakalan sebanyak 2.500 ekor. Sedangkan hingga April 2013, sapi-sapi yang akan digemukkan diperkirakan mencapai 16.500 ekor."Jika berhasil, jumlah sapi yang dihasilkan dari lokasi penggemukan itu bisa dua kali lipat pada 2014, menjadi 100.000 ekor," ungkapnya.Nantinya, sapi hasil penggemukan akan dipasarkan dalam bentuk daging, sosis, dan bakso. Produk tersebut akan dipasarkan ke wilayah Jakarta dan Surabaya. Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Joni Liano menilai, langkah RNI merambah bisnis penggemukan sapi bisa mendukung program swasembada sapi.Dia mencatat, harga sapi bakalan lokal lebih mahal ketimbang impor. Harga sapi bakalan lokal berkisar Rp 35.000-Rp 37.000 per kg hidup. Sedangkan, sapi bakalan impor Rp 32.000 per kg hidup.Hingga akhir November 2012, RNI sudah mencatatkan laba sebelum pajak sekitar Rp 360 miliar. Sampai tutup tahun ini, Ismed memproyeksi laba akan mencapai Rp 450 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini