JAKARTA. PT BFI Indonesia Tbk (BFI) mengincar pinjaman luar negeri minimal sebesar US$ 175 juta. Perseroan berencana memanfaatkan dana tersebut sebagai modal kerja perseroan dalam menyalurkan kredit bagi otomotif, alat berat, hingga properti. Direktur Keuangan BFI, Sudjono mengatakan, mereka telah melakukan pinjaman sebesar US$ 50 juta. "Sisa US$ 50 juta lagi sedang dalam tahap finalisasi. Kalau US$ 75 juta itu minimal, bisa US$ 100 juta, diharapkan semester satu ini bisa beres," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (15/4). Ia juga menekankan bahwa telah melakukan lindung nilai atau hedging bagi seluruh pinjaman luar negerinya itu guna menghindari risiko fluktuasi nilai tukar rupiah. Meskipun enggan merinci komposisi pinjaman dalam dan luar negerinya, di tahun 2014, mayoritas pendanaan perseroan berasal dari pinjaman perbankan, sekitar 34%, lalu diikuti oleh channeling dan joint financing sebanyak 21% serta bonds dan MTN berkisar 14%. Sedangkan sisanya yakni sebanyak 31% disumbangkan oleh ekuitas perseroan. Semua sumber tersebut dimanfaatkan untuk modal kerja perseroan dalam menyalurkan kredit bagi otomotif, alat berat, hingga properti. Tahun 2014, BFI memiliki ekuitas sebanyak Rp 3,61 triliun. Sebagai contoh, sepanjang tahun lalu, perseroan meluncurkan pinjaman sindikasi baru sebesar US$ 150 juta, menerbitkan obligasi berkelanjutan II tahap I tahun 2014 sebanyak Rp 500 miliar, serta menerbitkan MTN II tahun 2014 sebesar Rp 130 miliar. Sudjono memprediksi, komposisi sumber pendanaannya tahun ini akan berubah. “Kami baru menerbitkan obligasi, jadi persentase sumber pendanaan bonds dan MTN akan tambah 5%,” tuturnya. Sehingga, komposisi sumber pendanaan secara keseluruhan juga akan berubah.
BFI incar pinjaman luar negeri US$ 175 juta
JAKARTA. PT BFI Indonesia Tbk (BFI) mengincar pinjaman luar negeri minimal sebesar US$ 175 juta. Perseroan berencana memanfaatkan dana tersebut sebagai modal kerja perseroan dalam menyalurkan kredit bagi otomotif, alat berat, hingga properti. Direktur Keuangan BFI, Sudjono mengatakan, mereka telah melakukan pinjaman sebesar US$ 50 juta. "Sisa US$ 50 juta lagi sedang dalam tahap finalisasi. Kalau US$ 75 juta itu minimal, bisa US$ 100 juta, diharapkan semester satu ini bisa beres," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (15/4). Ia juga menekankan bahwa telah melakukan lindung nilai atau hedging bagi seluruh pinjaman luar negerinya itu guna menghindari risiko fluktuasi nilai tukar rupiah. Meskipun enggan merinci komposisi pinjaman dalam dan luar negerinya, di tahun 2014, mayoritas pendanaan perseroan berasal dari pinjaman perbankan, sekitar 34%, lalu diikuti oleh channeling dan joint financing sebanyak 21% serta bonds dan MTN berkisar 14%. Sedangkan sisanya yakni sebanyak 31% disumbangkan oleh ekuitas perseroan. Semua sumber tersebut dimanfaatkan untuk modal kerja perseroan dalam menyalurkan kredit bagi otomotif, alat berat, hingga properti. Tahun 2014, BFI memiliki ekuitas sebanyak Rp 3,61 triliun. Sebagai contoh, sepanjang tahun lalu, perseroan meluncurkan pinjaman sindikasi baru sebesar US$ 150 juta, menerbitkan obligasi berkelanjutan II tahap I tahun 2014 sebanyak Rp 500 miliar, serta menerbitkan MTN II tahun 2014 sebesar Rp 130 miliar. Sudjono memprediksi, komposisi sumber pendanaannya tahun ini akan berubah. “Kami baru menerbitkan obligasi, jadi persentase sumber pendanaan bonds dan MTN akan tambah 5%,” tuturnya. Sehingga, komposisi sumber pendanaan secara keseluruhan juga akan berubah.