BI : ACFTA hambat industri pengolahan



JAKARTA. Bukan tanpa alasan jika para bankir memilih menghindari penyaluran kredit ke sektor industri pengolahan, khususnya sub sektor tekstil dan pengolahan kayu. Pasalnya, semakin banyak kajian prospek ekonomi memberikan peringatan atas kian beratnya tantangan di sektor tersebut.Terakhir adalah catatan dari Bank Indonesia (BI). Dalam Tinjauan Kebijakan Moneter bulan Oktober ini, BI menggarisbawahi tentang tantangan industri pengolahan di masa mendatang. "Kinerja industri pengolahan nasional mendapat tantangan besar dari masuknya barang konsumsi impor terutama dari China," jelas BI dalam publikasinya yang dikutip KONTAN, Rabu (13/10).BI menjelaskan, kondisi berat kinerja industri pengolahan ini terjadi sejak pemberlakuan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) awal tahun 2010. Sejak saat itu, pasar domestik dibanjiri barang konsumsi impor terutama barang konsumsi dari China. "Keberhasilan barang konsumsi impor masuk ke pasar domestik terjadi karena lemahnya daya saing barang industri dalam negeri," kata BI. Pemerintah sendiri sudah melakukan mitigasi penetrasi barang impor. Yakni dengan kebijakan pencantuman label berbahasa Indonesia untuk produk makanan maupun non makanan.BI memperkirakan, tahun 2010 ini impor akan mencatat pertumbuhan antara 17,9% sampai dengan 18,2%. "Untuk tahun 2011, impor kami prakirakan tumbuh 8,8% hingga 9,3%." tulis BI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Uji Agung Santosa