JAKARTA. Selama ini dunia mengenal Amerika Serikat sebagai negara yang paling getol menyerukan liberalisme, termasuk devisa bebas. Namun, belitan krisis yang kini mencekik perekonomiannya, membuat pemerintah AS kini menyerukan hal sebaliknya. "AS meminta negara-negara berkembang agar menahan dana dari AS masuk ke negara mereka," jelas Wimboh Santoso, Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI, kepada KONTAN, Rabu (27/10). Keinginan AS itu terungkap dalam pertemuan bank-bank sentral di forum Pertemuan Tahunan IMF beberapa waktu lalu. Permintaan AS ini terkait dengan kebijakan pelonggaran moneter (quantitative easing) yang akan diputuskan oleh bank sentral AS, The Fed dalam pertemuannya 4 November mendatang. Melalui kebijakan ini, The Fed akan memborong obligasi pemerintah AS minimal US$ 500 miliar. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan penyaluran kredit dan mendukung pemulihan ekonomi, sehingga mampu mengurangi angka pengangguran.
BI akan perpanjang kewajiban pegang SBI
JAKARTA. Selama ini dunia mengenal Amerika Serikat sebagai negara yang paling getol menyerukan liberalisme, termasuk devisa bebas. Namun, belitan krisis yang kini mencekik perekonomiannya, membuat pemerintah AS kini menyerukan hal sebaliknya. "AS meminta negara-negara berkembang agar menahan dana dari AS masuk ke negara mereka," jelas Wimboh Santoso, Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI, kepada KONTAN, Rabu (27/10). Keinginan AS itu terungkap dalam pertemuan bank-bank sentral di forum Pertemuan Tahunan IMF beberapa waktu lalu. Permintaan AS ini terkait dengan kebijakan pelonggaran moneter (quantitative easing) yang akan diputuskan oleh bank sentral AS, The Fed dalam pertemuannya 4 November mendatang. Melalui kebijakan ini, The Fed akan memborong obligasi pemerintah AS minimal US$ 500 miliar. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan penyaluran kredit dan mendukung pemulihan ekonomi, sehingga mampu mengurangi angka pengangguran.