JAKARTA. Bank Indonesia akan merevisi proyeksi pertumbuhan penyaluran kredit tahun 2015 ini. Koreksi ini menyusul revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2015 yang telah dilakukan bank sentral Indonesia. Otoritas moneter merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun bershio kambing kayu ini menjadi 5,1% dari yang sebelumnya diproyeksikan sebesar 5,4%-5,8%. Revisi proyeksi ini dilakukan guna merespons perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional yang sepanjang kuartal I-2015 hanya tumbuh di level 4,71%. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah menuturkan, perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional akan berdampak pada perlambatan pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan. Halim bilang, Bank Indonesia akan melakukan revisi proyeksi pertumbuhan kredit setelah menunggu masukan revisi rencana bisnis bank (RBB). "Mungkin akan ada revisi atas target pertumbuhan kredit awal di level 15%-17% di 2015, karena kami sudah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi. Jadi pertumbuhan kredit saya kira akan mengikuti pertumbuhan ekonomi yang melambat. Pertengahan tahun bank-bank akan melakukan revisi RBB. Angkanya nanti menunggu revisi RBB," jelas Halim di Jakarta, Jumat (5/6). Pembahasan revisi proyeksi pertumbuhan kredit akan dilakukan bank sentral pada akhir Juni nanti, setelah menerima seluruh revisi yang dilakukan perbankan dalam RBB 2015. Dalam rangka memitigasi perlambatan pertumbuhan kredit tersebut, Bank Indonesia melakukan beberapa relaksasi ketentuan makro prudensial, diantaranya adalah pelonggaran loan to value (LTV) untuk kredit properti dan kredit kendaraan bermotor (KKB). Relaksasi tersebut, kata Halim, bertujuan untuk mendorong industri perbankan agar lebih tertarik untuk menyalurkan kredit. Halim bilang, pelonggaran kebijakan uang muka rumah dan KKB ini akan mampu mendorong pertumbuhan kredit menjadi lebih tinggi lagi. "Relaksasi LTV bertujuan agar kredit properti dan lainnya bisa tumbuh lebih tinggi lagi. Kami juga memantau sektor-sektor kredit mana yang bisa didorong, karena kalau cuma kebijakan moneter sendirian tentu tidak mampu," ujar Halim. Oleh karena itu, bank sentral Indonesia berharap agar pemerintah dapat sesegera mungkin melaksanakan rencana-rencana dan program-program yang penting, terutama pembangunan proyek infrastruktur. "kami juga berharap nanti ekonomi dunia di semester II bisa lebih baik, sehingga harga-harga komoditas tidak turun terus sehingga bisa menolong peningkatan ekspor," kata Halim. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI akan revisi proyeksi pertumbuhan kredit 2015
JAKARTA. Bank Indonesia akan merevisi proyeksi pertumbuhan penyaluran kredit tahun 2015 ini. Koreksi ini menyusul revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2015 yang telah dilakukan bank sentral Indonesia. Otoritas moneter merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun bershio kambing kayu ini menjadi 5,1% dari yang sebelumnya diproyeksikan sebesar 5,4%-5,8%. Revisi proyeksi ini dilakukan guna merespons perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional yang sepanjang kuartal I-2015 hanya tumbuh di level 4,71%. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah menuturkan, perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional akan berdampak pada perlambatan pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan. Halim bilang, Bank Indonesia akan melakukan revisi proyeksi pertumbuhan kredit setelah menunggu masukan revisi rencana bisnis bank (RBB). "Mungkin akan ada revisi atas target pertumbuhan kredit awal di level 15%-17% di 2015, karena kami sudah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi. Jadi pertumbuhan kredit saya kira akan mengikuti pertumbuhan ekonomi yang melambat. Pertengahan tahun bank-bank akan melakukan revisi RBB. Angkanya nanti menunggu revisi RBB," jelas Halim di Jakarta, Jumat (5/6). Pembahasan revisi proyeksi pertumbuhan kredit akan dilakukan bank sentral pada akhir Juni nanti, setelah menerima seluruh revisi yang dilakukan perbankan dalam RBB 2015. Dalam rangka memitigasi perlambatan pertumbuhan kredit tersebut, Bank Indonesia melakukan beberapa relaksasi ketentuan makro prudensial, diantaranya adalah pelonggaran loan to value (LTV) untuk kredit properti dan kredit kendaraan bermotor (KKB). Relaksasi tersebut, kata Halim, bertujuan untuk mendorong industri perbankan agar lebih tertarik untuk menyalurkan kredit. Halim bilang, pelonggaran kebijakan uang muka rumah dan KKB ini akan mampu mendorong pertumbuhan kredit menjadi lebih tinggi lagi. "Relaksasi LTV bertujuan agar kredit properti dan lainnya bisa tumbuh lebih tinggi lagi. Kami juga memantau sektor-sektor kredit mana yang bisa didorong, karena kalau cuma kebijakan moneter sendirian tentu tidak mampu," ujar Halim. Oleh karena itu, bank sentral Indonesia berharap agar pemerintah dapat sesegera mungkin melaksanakan rencana-rencana dan program-program yang penting, terutama pembangunan proyek infrastruktur. "kami juga berharap nanti ekonomi dunia di semester II bisa lebih baik, sehingga harga-harga komoditas tidak turun terus sehingga bisa menolong peningkatan ekspor," kata Halim. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News