JAKARTA. Ekonom berpendapat, ketidakpastian terkait kebijakan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menjadi salah satu faktor yang bakal menyebabkan Bank Indonesia (BI) menahan BI rate di level 5,75% pada bulan ini.Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto menyebut, dengan realisasi inflasi rendah, sebenarnya BI punya ruang menurunkan BI rate sebesar 25 bps menjadi 5,5%. Tapi, karena ketidakpastian soal kebijakan BBM bersubsidi telah menaikkan ekspektasi inflasi di bulan-bulan mendatang, pilihan rasional dan prudent adalah tetap menahan BI rate di 5,75%. "BI akan menurunkan BI rate jika ke depan tidak ada lagi gangguan inflasi dari kebijakan BBM bersubsidi," ujar Ryan, Kamis (10/5). Menurutnya, untuk menjinakkan inflasi, sebaiknya BI menaikkan Giro Wajib Minumum."GWM sebaiknya dinaikkan dari 8% menjadi 10%. Mengapa GWM? Karena tidak menganggu sektor riil sehingga intermediasi tetap berjalan normal. Maklum, sektor riil tidak suka BI rate yang tinggi," terang Ryan.Sejalan dengan itu, tim pengendali inflasi pusat dan daerah juga harus bekerja keras untuk mengendalikan ekspektasi inflasi yang cenderung naik. Tak cuma itu, pemerintah juga harus bisa menjaga kecukupan barang-barang pokok di pasar agar harga sembako tidak naik.Senada dengan Ryan, Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti menilai, BI tidak akan mengubah BI rate bulan Mei ini. "BI rate tetap untuk menstimulus perekonomian domestik," tukasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI bakal tahan BI Rate karena ketidakpastian BBM
JAKARTA. Ekonom berpendapat, ketidakpastian terkait kebijakan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menjadi salah satu faktor yang bakal menyebabkan Bank Indonesia (BI) menahan BI rate di level 5,75% pada bulan ini.Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto menyebut, dengan realisasi inflasi rendah, sebenarnya BI punya ruang menurunkan BI rate sebesar 25 bps menjadi 5,5%. Tapi, karena ketidakpastian soal kebijakan BBM bersubsidi telah menaikkan ekspektasi inflasi di bulan-bulan mendatang, pilihan rasional dan prudent adalah tetap menahan BI rate di 5,75%. "BI akan menurunkan BI rate jika ke depan tidak ada lagi gangguan inflasi dari kebijakan BBM bersubsidi," ujar Ryan, Kamis (10/5). Menurutnya, untuk menjinakkan inflasi, sebaiknya BI menaikkan Giro Wajib Minumum."GWM sebaiknya dinaikkan dari 8% menjadi 10%. Mengapa GWM? Karena tidak menganggu sektor riil sehingga intermediasi tetap berjalan normal. Maklum, sektor riil tidak suka BI rate yang tinggi," terang Ryan.Sejalan dengan itu, tim pengendali inflasi pusat dan daerah juga harus bekerja keras untuk mengendalikan ekspektasi inflasi yang cenderung naik. Tak cuma itu, pemerintah juga harus bisa menjaga kecukupan barang-barang pokok di pasar agar harga sembako tidak naik.Senada dengan Ryan, Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti menilai, BI tidak akan mengubah BI rate bulan Mei ini. "BI rate tetap untuk menstimulus perekonomian domestik," tukasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News