BI Belum Ada Niat Revisi Target Pertumbuhan Kredit



JAKARTA. Meski pertumbuhan kredit masih berpeluang untuk naik, namun Bank Indonesia (BI) belum ada niatan untuk merevisi target pertumbuhan kredit BI yang sebesar 17% sampai 20%.

BI mencatat, hingga pekan lalu angka pertumbuhan kredit tahunan (year on year) tercatat mencapai 18%, adapun secara year to date, pertumbuhan kredit tumbuh 6,07%.


Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman D Hadad mengatakan, secara umum BI memandang ruang kredit untuk tumbuh masih besar.

"Mudahan-mudahan momentum ini bisa terus terjaga walaupun ada beberapa ketidakpastian di Eropa yang mempengaruhi persepsi bank. Tapi secara keseluruhan, tidak banyak pengaruh," ujarnya.

Wakil Direktur Utama PT Bank BTN Tbk Evi Firmansyah mengakui, dampak krisis Eropa memang tidak terlalu besar untuk Indonesia, "Karena ekspor-impor kita secara persentase tidak besar. Hal yang perlu disikapi adalah likuiditas atau arus dananya, karena pelaku pasar cenderung berhati-hati saat ini," ungkap Evi.

Oleh karena itu, Evi bilang, di triwulan III kemungkinan pertumbuhan kredit tidak secepat atau sebesar di triwulan I dan II. "Mungkin di akhir triwulan III atau IV pertumbuhan kredit baru akan kembali seperti semula. Perkiraan saya, pada 2010 ini pertumbuhan kredit masih di sekitar 18% sampai dengan 25%," cetus Evi.

Sementara itu, Lucia Setyastuti Windoe, Presiden Direktur PT Bank Bumi Arta Tbk, menilai perbankan cukup optimistis dengan pertumbuhan kredit tahun ini. Pasalnya, perekonomian sudah mulai pulih. "Jika Juni ini pertumbuhan kredit sudah mencapai 18%, menurut saya target 24% (sesuai rencana bisnis bank - RBB) itu bisa tercapai," ujarnya.

Muliaman menambahkan, saat ini rata-rata kredit tumbuh Rp 5 triliun sampai Rp 10 triliun per minggunya. Dus, tak ada niat dari BI untuk merubah target kredit mereka. "Saya kira bila bank tetap konstan dengan RBB-nya maka target kredit BI bisa terlampaui," jelasnya.

Menurut Muliaman, saat ini kredit konsumer masih mendominasi kredit dari perbankan, namun penyaluran kredit investasi dan kredit modal kerja juga naik. "Kredit dipacu oleh permintaan. Apalagi saat ini aktivitas ekonomi juga sudah mulai bergerak," kata Muliaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa