JAKARTA. Biaya operasi moneter yang harus Bank Indonesia (BI) keluarkan dalam rangka menjaga stabilitas moneter, memang amat mahal. Meski begitu, BI belum melakukan hitungan tentang efek penerapan kebijakan-kebijakan baru di sektor moneter terhadap beban operasi moneter yang harus ditanggung bank sentral. Deputi Gubernur BI Ardhayadi Mitroatmodjo mengungkapkan, BI belum secara khusus membuat hitungan efek kebijakan baru tersebut terhadap neraca bank sentral. "Belum dihitung, nanti saja," katanya, usai acara pelantikan Halim Alamsyah sebagai Deputi Gubernur BI, Kamis (17/6). Tahun lalu, neraca BI defisit sebesar Rp 1 triliun. Tahun ini, perkiraan defisit BI dibanderol lebih besar lagi. Dalam anggaran tahunan BI yang telah disetujui DPR, neraca BI tahun 2010 diperkirakan defisit hingga Rp 22,4 triliun.
Beban bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang menjadi instrumen pengendalian likuiditas, menjadi penyumbang terbesar defisit neraca. Tahun lalu, total pengeluaran BI untuk membayar bunga instrumen moneter mulai dari SBI, Fasilitas SBI (FaSBI), juga Fine Tune Operation (FTO) mencapai Rp 22,2 triliun.