BI Belum Kerek Suku Bunga Acuan, Perry Warjiyo Beberkan Alasannya



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Indonesia (BI) masih menahan suku bunga acuan di level 3,5%, meski sederet bank sentral negara lain sudah mulai menaikkan suku bunga kebijakannya, termasuk bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). 

Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, dalam menentukan kebijakan suku bunga acuan tidak perlu latah dalam mengikuti kebijakan suku bunga negara lain. Yang terpenting, adalah melihat kondisi dalam negeri apakah memang sanggup untuk menghadapi peningkatan suku bunga acuan. 

“Jadi, harus dilihat kondisi inflasi inti dan juga keseimbangan dengan pertumbuhan ekonomi. Jadi, tidak otomatis suku bunga bank sentral negara lain naik, lalu kita ikutan naik. Semua tergantung kondisi dalam negeri,” tutur Perry dalam konferensi pers KSSK, Senin (1/8) secara daring. 

Baca Juga: KSSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Masih Terjaga

Menurut Perry, inflasi inti yang menjadi acuan bank sentral ini menunjukkan sisi permintaan dan penawaran. Data terkini, inflasi inti per Juli 2022 tercatat sebesar 2,86% yoy yang menunjukkan bahwa permintaan dalam negeri belum terlalu tinggi sehingga ini belum jadi alasan kuat bagi BI mengerek suku bunga acuannya. 

Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi, BI melihat pertumbuhan ekonomi sudah mulai menunjukkan taringnya. Namun, pertumbuhan ekonomi ini belum menunjukkan pemulihan yang signifikan bila dibandingkan dengan pra Covid-19. 

Lebih lanjut, Perry juga mengingatkan kebijakan moneter BI ini tidak terfokus pada suku bunga acuan. Saat BI menahan suku bunga acuan, Perry bilang BI juga  juga melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah maupun mengelola likuiditas. 

Baca Juga: Inflasi Juli 2022 Hampir Sentuh 5% YoY, Bagaimana Dampaknya ke Perekonomian?

“Stabilitas nilai tukar ini dilakukan untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan bagian dari pengendalian inflasi. Kalau likuiditas, kami sudah mulai mengurangi likuiditas yang berlebih, tetapi kami pastikan ini tak akan mengurangi kemampuan perbankan menyalurkan kredit,” tandas Perry. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli