JAKARTA. Tahun ini, perekonomian Indonesia masih dibayangi oleh ketidakstabilan dalam hal inflasi, nilai tukar rupiah, dan current account deficit atawa defisit transaksi berjalan. Terkait hal itu, Bank Indonesia (BI) memberi sinyal akan tetap melakukan kebijakan moneter ketat.Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, tiga asumsi ini menjadi titik perhatian BI. BI menegaskan akan terus mengawal stabilitas untuk menciptakan perekonomian yang berkelanjutan."Sepanjang risiko ini belum selesai, kebijakan moneter ketat masih akan menyertai ekonomi kita," ujar Dody di Jakarta, Selasa (21/1).Dody menuturkan, kebijakan moneter ketat ini tentu harus dibarengi dengan sisi fiskal. Pasalnya, kenaikan suku bunga akan menimbulkan biaya yang besar bagi perekonomian. Investasi dan sektor ril akan terkena dampak yang signifikan.Ketika ditanyakan apakah suku bunga akan kembali dinaikkan, Dody enggan menjawab. Dirinya menjelaskan, pihaknya akan terus mengawasi perkembangan situasi terkini mengenai inflasi, rupiah, dan neraca transaksi berjalan.Ambil contoh inflasi. BI terus melakukan pemantauan harga, apalagi akhir-akhir ini banjir terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Ini tentu akan menimbulkan gejolak inflasi. Selain itu, kondisi eksternal yaitu dampak tapering off juga menjadi perhatian BI.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI beri sinyal tetap lakukan pengetatan kebijakan
JAKARTA. Tahun ini, perekonomian Indonesia masih dibayangi oleh ketidakstabilan dalam hal inflasi, nilai tukar rupiah, dan current account deficit atawa defisit transaksi berjalan. Terkait hal itu, Bank Indonesia (BI) memberi sinyal akan tetap melakukan kebijakan moneter ketat.Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, tiga asumsi ini menjadi titik perhatian BI. BI menegaskan akan terus mengawal stabilitas untuk menciptakan perekonomian yang berkelanjutan."Sepanjang risiko ini belum selesai, kebijakan moneter ketat masih akan menyertai ekonomi kita," ujar Dody di Jakarta, Selasa (21/1).Dody menuturkan, kebijakan moneter ketat ini tentu harus dibarengi dengan sisi fiskal. Pasalnya, kenaikan suku bunga akan menimbulkan biaya yang besar bagi perekonomian. Investasi dan sektor ril akan terkena dampak yang signifikan.Ketika ditanyakan apakah suku bunga akan kembali dinaikkan, Dody enggan menjawab. Dirinya menjelaskan, pihaknya akan terus mengawasi perkembangan situasi terkini mengenai inflasi, rupiah, dan neraca transaksi berjalan.Ambil contoh inflasi. BI terus melakukan pemantauan harga, apalagi akhir-akhir ini banjir terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Ini tentu akan menimbulkan gejolak inflasi. Selain itu, kondisi eksternal yaitu dampak tapering off juga menjadi perhatian BI.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News