BI berkomitmen jaga rupiah, ini caranya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) terus berupaya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Hingga akhir Maret, kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sudah terdepresiasi sampai 1,5%.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, depresiasi rupiah ini masih terbilang kecil jika di bandingkan dengan negara lain, seperti Filipina, India, dan Turki.

Pelemahan rupiah disebut lebih disetir oleh penguatan dollar AS menjelang kenaikan bunga bank sentral The Federal Reserve Maret lalu. Bunga yang lebih tinggi menarik investor memulangkan dollar ke kampung Paman Sam, sehingga terjadi capital outflow dan pelemahan nilai tukar di berbagai negara terhadap dollar AS.


“Kami tahu, bahwa pada saat kemarin, market sedang menunggu bagaimana hasil dari Federal Open Market Committee (FOMC), dan The Fed memutuskan menaikkan bunga. Itu adalah kenaikan bunga keenam kalinya sejak akhir tahun 2015,” ujar Agus saat di temui di Gedung DPR, Selasa (3/4).

Sementara itu, Gubernur BI terpilih Perry Warjiyo mengatakan, BI akan selalu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Meskipun, nilai tukar rupiah di tentukan melalui mekanisme pasar.

Di bawah kepemimpinan Gubernur BI yang baru, Perry tidak segan-segan untuk melakukan intervensi terutama dalam kondisi nilai tukar mendapat tekanan.

“Kami melakukan intervensi, baik memasok dollar di pasar valas maupun juga membeli SBN (surat berharga negara) di pasar sekunder. Insya Allah nilai tukar di beberapa waktu terakhir cenderung stabil dan aliran masuk modal asing sudah mulai masuk,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Agus menambahkan, capital outflow yang terjadi pada Februari mulai mereda. Arus dana asing masuk atau capital inflow mulai masuk di minggu kedua dan ketiga Maret, hingga saat ini.

“Kami lihat, turnover transaksi valas juga sudah meningkat dari kisaran US$ 5 miliar menjadi di kisaran US$ 6,6 miliar per hari,” tambahnya.

Di sisi lain, Deputi Gubernur BI Terpilih Dody Budi waluyo menambahkan, volatilitas nilai tukar dinilai tidak terlalu bergejolak. Pasalnya, hal tersebut masih di batas kewajaran bagi BI.

“Kita tidak mau melihat volitilitasnya terlampau di luar batas kewajaran, itu yang menjadi concern kita. Apa yang kita lakukan bukan kepada nominalnya tetapi bagaimana stabilitas dari sisi volatilitasnya,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia