BI bersiap luncurkan database UMKM



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) tengah menyempurnakan informasi debitur usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Lewat penyajian data ini, bank sentral ingin perbankan lebih mengenal lagi pengusaha kecil.

Bi berharap bankir tak terlalu takut menyalurkan kredit dan usaha kecil yang dibiayai tidak melulu bergerak di bidang perdagangan dan jasa, seperti yang terjadi selama ini. Sistem informasi anyar ini ditargetkan meluncur semester II 2011.

Sejatinya, BI sudah memiliki sistem serupa, lewat Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI). Tapi data yang tersedia di pojok kiri bawah website BI itu belum lengkap dan tidak mendetail.


Dalam format baru, profil pengusaha kecil akan tersaji lengkap. Mulai dari riwayat pribadi, alamat tinggal, usaha yang ditekuni, aset, hingga skala dan prospek usaha . "Ini seperti etalase bagi bank yang ingin mencari debitur UMKM," kata Edy Setiadi, Direktur Kredit, BPR dan UMKM BI.

Tapi bukan berarti BI memasukkan semua pelaku UMKM dalam database. Hanya yang benar-benar layak menerima kredit yang mendapat fasilitas ini.Ika Tejaningrum, Analis Madya BI menambahkan, dalam penyusunan data, BI melibatkan semua instansi yang bersinggungan dengan pelaku usaha kecil. Antara lain, BUMN yang menjadi bapak angkat dari kegiatan UMKM, asosiasi, hingga pemda.

Di luar itu, BI juga mempunyai cluster ekonomi di daerah yang berfungsi sebagai sentra pembinaan pengusaha kecil. "Ada 10 Kantor BI di daerah yang menjalankan pilot project ini," kata Ika.

Sistem informasi ini tidak akan tumpang tindih dengan pemeringkatan UMKM yang sedang dipersiapkan BI dan lembaga rating. Perbedaanya, rating UMKM lebih mendetail lagi. Lembaga yang meringkat juga memberikan rekomendasi. "Sementara kami menyajikan data umum saja. Selebihnya bank mengecek sendiri," kata Edy.

Catatan saja, keterbatasan informasi merupakan kendala terbesar penyaluran kredit ke UMKM. Lantaran alasan tidak menguasai medan dan tidak ingin kredit macetnya melonjak, bank kelewat hati-hati. Alhasil, penyaluran kredit ke segmen ini tidak optimal.

Kredit UMKM memang selalu tumbuh, tapi tidak merata. Bank lebih banyak membiayai debitur lama. Istilahnya, menambah plafon atau membajak debitur bank lain. Dan usaha kecil yang sering dibiayai umumnya bergerak di bidang perdagangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini