KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masih ada kemungkinan bagi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) untuk mengerek suku bunga acuan pada akhir tahun 2023. Gubernur Bank Indonesia (BEI) Perry Warjiyo mengungkapkan, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS tersebut sebesar 10%. Meski demikian, Perry bilang kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Paman Sam menipis, dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 40%.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman mengungkapkan, ini seiring dengan kondisi terkini AS. Sempat, banyak yang memperkirakan ekonomi AS akan jeblok. Meski demikian, ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi AS bisa lebih tinggi dari perkiraan semula.
Baca Juga: Bos BI: Belanja Lewat E-Commerce Bisa Dorong Pertumbuhan dan Bantu Kendalikan Inflasi “Awalnya kami memperkirakan 1,9% yoy, kemudian bisa ke atas menjadi 2,1% yoy, dan saat ini menjadi 2,9% yoy,” terang Aida dalam konferensi pers, Kamis (23/11). Ini juga seiring dengan inflasi AS yang melandai. Dari perkiraan BI, inflasi AS mungkin sekitar 3,4% yoy. Masalahnya adalah, inflasi inti AS masih berada di kisaran 4% yoy. Ini seiring dengan masalah tenaga kerja. Sehingga, ini masih membuka kesempatan untuk kenaikan suku bunga The Fed. Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menduga, dengan melihat perkembangan terkini, BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 6,00%. Namun, ia melihat BI tetap akan memperhatikan hal yang terjadi di dunia internasional, termasuk dengan arah kebijakan Paman Sam ke depannya.
Baca Juga: BI Pertahankan Suku Bunga Acuan di Level 6,00% “Kami memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga kebijakan, hingga terjadi perubahan sikap kebijakan moneter AS,” terang Faiz kepada
Kontan.co.id. Hanya saja, dengan melihat faktor-faktor yang terjadi dalam negeri, termasuk inflasi yang landai dan defisit transaksi berjalan yang terkendali, Faiz yakin tingkat suku bunga tersebut memadai. “Suku bunga 6,0% dianggap cukup. Kecuali, The Fed kemudian memberi sinyal untuk kenaikan suku bunga lagi,” tandas Faiz. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli