BI: Cadangan devisa akhir 2016 meningkat



JAKARTA. Kondisi dalam negeri yang lebih kondusif di akhir tahun lalu menjadi penopang cadangan devisa Indonesia. Bank Indonesia (BI) menyatakan, posisi cadev akhir tahun 2016 meningkat dibanding bulan sebelumnya.

Peningkatan cadev tersebut sejalan dengan besaran arus modal asing yang masuk (capital inflow) hingga akhir tahun.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, besaran capital inflow sepanjang 2016 baik pasar surat berharga negara (SBN), saham, dan obligasi korporasi mencapai Rp 126 triliun. Jumlah tersebut lebih besar dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp 50 triliun.


Peningkatan inflow tersebut lanjut dia, terutama ditopang oleh dana repatriasi yang masuk dari program pengampunan pajak (tax amnesty) yang mayoritas masuk ke pasar Surat Berharga Nasional (SBN), saham, dan obligasi korporasi. Hingga 27 Desember 2016, realisasi repatriasi amnesti pajak baru mencapai sekitar Rp 89 trliun dari komitmen Rp 141 triliun.

"Di pasar ekuitas, pasar obligasi korporasi itu terjadi peningkatan bahkan sampai Rp 150 triliun sepanjang 2016," kata Agus akhir pekan lalu. Menurut Agus, capital inflow tersebut membuat nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terapresiasi 2,34% dan menempati posisi terbaik kedua di Asia setelah Yen.

Rupiah stabil

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengakui, kebutuhan cadev untuk pembayaran utang pemerintah di akhir tahun memang mengalami peningkatan. Namun demikian, pemasukan cadev jauh lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan tersebut.

"Dan kurs rupiah itu stabil, jadi kebutuhan stabilisasi di Desember jauh lebih kecil dibanding November pasca pemilihan presiden di Amerika Serikat (AS)," kata Perry.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI, kurs rupiah berada di level Rp 13.436 per dollar AS pada 30 Desember 2016. Posisi tersebut menguat dibanding 1 Desember 2016 yang berada di level Rp 13.582 per dollar AS.

Dia mengatakan, besarnya pemasukan cadev tersebut dipengaruhi oleh surplus neraca perdagangan yang cukup baik. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan Januari-November 2016 sebesar US$ 7,79 miliar, bahkan telah melampaui surplus neraca perdagangan Januari-Desember 2015 yang sebesar US$ 7,67 miliar.

Kedua, pemasukan cadev tersebut juga terbantu oleh penerbitan SBN berdenominasi dollar AS yang dilakukan pemerintah. Pada awal Desember 2016, pemerintah menerbitkan global bond sebesar US$ 3,5 miliar sebagai langkah pembiayaan di awal untuk memenuhi kebutuhan di bulan Januari 2017 atau prefunding.

Sayangnya, baik Agus maupun Perry masih enggan menyebutkan angka kenaikan cadev tersebut. Yang jelas, posisi cadev per akhir November 2016 sebesar US$ 111,5 miliar, lebih rendah US$ 3,5 miliar dibanding akhir bulan sebelumnya.

Dan jika posisi cadev akhir Desember 2016 mengalami peningkatan, maka cadev akhir tahun lalu lebih besar dibandingkan akhir tahun 2015 yang tercatat hanya sebesar US$ 105,9 miliar. Perry bilang, posisi cadev akhir 2016, akan diumumkan secara resmi oleh BI pada Senin (9/1).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia