KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengumumkan pemangkasan BI Rate 25 basis poin (bps) menjadi 6% pada Rabu (18/9). Sementara dari global, Bank Sentral Amerika (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) juga menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 4,75%-5%. Nah, efek dari pemangkasan suku bunga acuan baik dari dalam negeri maupun global dinilai memberikan dampak positif bagi emiten berbasis
poultry atau unggas. Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan pemangkasan suku bunga ini menjadi katalis positif bagi emiten
poultry. Pasalnya, penurunan suku bunga yang di luar ekspektasi ini membuat
borrowing cost perusahaan bisa berkurang.
"Sehingga permintaan di sektor
poultry bisa lebih
perform lagi," kata Nafan kepada Kontan, Kamis (19/9). Nafan melihat kondisi emiten poultry tetap prospektif ke depannya terlihat dari produk seperti
day old chicken dan ayam broiler yang mengalami kenaikan permintaan. Namun, di sisi lain naiknya harga pakan ternak akan menekan marjin laba dari perusahaan. Baca Juga:
Deretan Saham Blue Chip Ini Masih Laggard, Ini Rekomendasi yang Layak Dikoleksi Tak hanya itu, Nafan berpendapat emiten
poultry juga masih bisa tumbuh positif lantaran stabilnya perekonomian domestik yang utamanya ditopang oleh kuatnya konsumsi dalam negeri. Nafan menilai pergerakan saham seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (
JPFA) dan PT Malindo Feedmill Tbk (
MAIN) dalam kondisi
sideways. "Mudah-mudahan bisa bentuk fase re-akumulasi dalam rangka melanjutkan
uptrend-nya," tuturnya. Pergerakan saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (
CPIN) juga cenderung
sideways dan sempat berada di
demand area, yang pada akhirnya terjadi
rebound. Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo menyampaikan pemangkasan suku bunga ini tidak berpengaruh signifikan terhadap sektor
poultry. Sebab, peningkatan daya beli masyarakat belum terlihat. "Hal ini harus seimbang bagaimana kebijakan dari pemerintahan yang baru untuk mendorong daya beli," jelas Azis kepada Kontan, Kamis (19/9). Azis memproyeksikan kinerja emiten
poultry pada semester II-2024 akan cenderung melambat dibandingkan pada semester I-2024, mengingat hari besar nasional yang cenderung sedikit. Azis melihat pergerakan saham di sektor ini juga cenderung
sideways karena pelaku pasar cenderung menunggu
result di kuartal III-2024.
"Kenaikan harga saham
poultry kemarin pun sudah ter
priced-in sebelum kinerja keuangannya rilis," ucapnya. Azis merekomendasikan untuk
trading buy saham CPIN dengan target Rp 5.225-Rp 5.250 per saham. Sementara Nafan, merekomendasikan
accumulative buy saham CPIN dengan target harga Rp 4.970 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari