JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, inflasi di bulan Desember sebesar 0,55%. Jika dibandingkan dengan bulan November, inflasi di akhir tahun itu mengalami kenaikan tipis. Seperti diketahui, inflasi November 2013 mencapai 0,12%. Sementara untuk tingkat inflasi tahunan atau year on year (yoy) hingga bulan Desember sebesar 8,38%. Jika dibandingkan dengan inflasi tahunan bulan November mengalami kenaikan sedikit saja. Pada bulan November inflasi tahunannya mencapai 8,37%.
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowarojo mengungkapkan, perkembangan inflasi menunjukkan kondisi yang baik. Selama dua bulan terakhir yaitu November 2013 dan Desember 2013, inflasi konsisten di tingkat yang baik sesuai dengan harapan. Meski begitu, lanjut Agus, atas capaian ini hendaknya semua pihak tidak cepat berpuas diri. Sebab, tantangan tahun 2014 ini masih akan besar. Sebab, meski neraca perdagangan atau trade balance Indonesia di bulan November 2013 kembali mengalami surplus mencapai US$ 776,8 juta, namun tahun 2014 merupakan tahun politik dan keadaan ekonomi global sudah membaik. Karena itu, dengan perkembangan ekonomi negara maju yang mulai membaik, maka belum tentu banyak dana dari luar akan masuk ke Indonsia. Dengan begitu, kata Agus, secara umum dana-dana asing yang masuk ke negara-negara berkembang seperti Indonesia dapat berkurang. "Kita harus jaga bahwa pengelolaan ekonomi Indonesia baik dan sehat, sehingga betul-betul nanti dana-dana yang masuk ke Indonesia khususnya dana-dana untuk investasi dan dana-dana untuk kekuatan capital lainnya terus mengalir ke Indonesia," ujar Agus di Gedung BI, Jakarta, Jumat (3/1). Lebih lanjut Agus mengimbau agar sebaiknya pemerintah berutang pada sektor-sektor produktif. Selain itu, sebaiknya perusahaan yang memiliki utang valuta asing namun mendapatkan penerimaan dalam rupiah, baiknya melakukan hedging valas. Hal ini dapat menekan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan juga menekan defisit neraca perdagangan. "Kondisi neraca perdagangan yang sekarang agak membaik nanti mungkin agak sedikit tertekan. Itu semua akan tercermin dalam nilai tukar,” jelas Agus. Karena itu, ia menekankan perbaikan neraca energi. Alasannya, impor minyak masih besar. Selain itu, perbaiki neraca pangan, perbaiki infrastruktur kemudian tingkatkan daya saing ekonomi nasional.
“Tingkatkan juga kemandirian ekonomi nasional dan juga meyakinkan perkuatan pembiayaan sistem ekonomi nasional. Sebetulnya Indonesia berhak untuk kondisi trade surplus yang besar, current account yang surplus," imbuh Agus. Sekadar mengingatkan, current account deficit pada kuartal III-2013 kemarin mencapai US$ 8,4 miliar atau sekitar 3,8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan pada kuartal pertama 2013 nilainya lebih besar yaitu sebesar US$ 9,9 miliar atau 4,4% dari PDB. Kementerian Keuangan memperkirakan, current account deficits kuartal-IV 2013 akan berada di bawah US$ 8 miliar atau seperti kondisi pada kuartal III-2013. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan