JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengalami defisit sebesar Rp 21,16 triliun atau melonjak 20 kali lipat dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.Difi A Johansyah, Kepala Biro Humas mengakui pendapatan BI merosot tajam akibat efisiensi likuiditas seperti deposit dan Suku Bunga Indonesia (SBI) yang berlebihan pada periode ini. "Defisit ini disebabkan oleh kelebihan likuiditas perekonomian yang harus diserap BI semuanya," ujar Difi kepada KONTAN, Jumat (13/5).Difi menjelaskan, besar biaya moneter pada periode ini tidak diimbangi oleh pendapatan. Melihat situasi ini, Difi enggan memprediksi apakah pada tahun depan pendapatan BI masih mengalami defisit atau tidak. "Kami belum bisa menduga-duga," elak Difi.Anggota Badan Supervisi BI Umar Juoro menambahkan, defisit pendapatan BI masih pada taraf yang wajar. Hal itu disebabkan melemahnya ekonomi global yang membuat rupiah menguat sehingga menyebabkan defisitnya anggaran BI.“BI itu kan penerimaan terbesarnya dari dari pengelolaan devisa, dan devisa itu berbentuk dollar. Kalau dollar melemah dan rupiah menguat, ya kondisi seperti ini yang terjadi,” ujar Umar.Dalam prediksi Umar, pada tahun 2011 ini pendapatan BI masih akan mengalami defisit. Kalau rupiah terus menguat, maka defisit akan berkelanjutan. "Tapi kami juga tidak mau bila rupiah terlalu lemah," imbuh Umar. Saat ini, banyak aset di BI karena surat utang pemerintah dibuat sangat rendah yakni 0,1%, padahal seharusnya itu ditingkatkan. Solusinya, dia mengatakan pemerintah perlu mengupayakan Asset Liability Management (ALM) sehingga BI bisa dapat penghasilan lebih tinggi terutama dalam bentuk rupiah. Sebagai catatan, hampir semua negara yang tidak menggunakan dollar mengalami defisit seperti Swiss dan New Zealand. "Pasalnya dollar melemah," tegas Umar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI defisit Rp 21,16 triliun
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengalami defisit sebesar Rp 21,16 triliun atau melonjak 20 kali lipat dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.Difi A Johansyah, Kepala Biro Humas mengakui pendapatan BI merosot tajam akibat efisiensi likuiditas seperti deposit dan Suku Bunga Indonesia (SBI) yang berlebihan pada periode ini. "Defisit ini disebabkan oleh kelebihan likuiditas perekonomian yang harus diserap BI semuanya," ujar Difi kepada KONTAN, Jumat (13/5).Difi menjelaskan, besar biaya moneter pada periode ini tidak diimbangi oleh pendapatan. Melihat situasi ini, Difi enggan memprediksi apakah pada tahun depan pendapatan BI masih mengalami defisit atau tidak. "Kami belum bisa menduga-duga," elak Difi.Anggota Badan Supervisi BI Umar Juoro menambahkan, defisit pendapatan BI masih pada taraf yang wajar. Hal itu disebabkan melemahnya ekonomi global yang membuat rupiah menguat sehingga menyebabkan defisitnya anggaran BI.“BI itu kan penerimaan terbesarnya dari dari pengelolaan devisa, dan devisa itu berbentuk dollar. Kalau dollar melemah dan rupiah menguat, ya kondisi seperti ini yang terjadi,” ujar Umar.Dalam prediksi Umar, pada tahun 2011 ini pendapatan BI masih akan mengalami defisit. Kalau rupiah terus menguat, maka defisit akan berkelanjutan. "Tapi kami juga tidak mau bila rupiah terlalu lemah," imbuh Umar. Saat ini, banyak aset di BI karena surat utang pemerintah dibuat sangat rendah yakni 0,1%, padahal seharusnya itu ditingkatkan. Solusinya, dia mengatakan pemerintah perlu mengupayakan Asset Liability Management (ALM) sehingga BI bisa dapat penghasilan lebih tinggi terutama dalam bentuk rupiah. Sebagai catatan, hampir semua negara yang tidak menggunakan dollar mengalami defisit seperti Swiss dan New Zealand. "Pasalnya dollar melemah," tegas Umar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News