BI: Defisit transaksi berjalan (CAD) di akhir tahun 2021 sebesar 0,6% hingga 1,4% PDB



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) di sepanjang tahun 2021 sebesar 0,6% hingga 1,4% PDB. Ini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 1% hingga 2% PDB.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, rendahnya CAD di sepanjang tahun ini diperkirakan juga dipengaruhi oleh perkiraan rendahnya defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2021.

“Didukung oleh surplus neraca perdagangan dan juga adanya arus modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik,” ujar Perry, Kamis (22/7).


Perry memerinci, neraca perdagangan hingga Juni 2021 masih mencetak surplus menggembirakan. Pada kuartal II-2021, surplus neraca perdagangan sebesar US$ 6,30 miliar atau naik dari surplus pada kuartal sebelumnya yang sebesar US$ 5,56 miliar.

Kinerja positif ini ditopang oleh peningkatan ekspor komoditas utama seperti CPO, batubara, besi dan baja, serta kendaraan bermotor, di tengah kenaikan harga komoditas dunia.

Secara spasial pun, terlihat perbaikan ekspor terjadi di Sumatera, Sulawesi, dan Jawa.

Baca Juga: Potensi surplus neraca dagang beberapa waktu ke depan, CAD akan turun

Dari sisi neraca modal, diperkirakan masih akan mengalami surplus didukung oleh aliran modal masuk dalam bentuk penanaman modal asing dan investasi portofolio.

BI mencatat, pada kuartal II-2021 ada aliran masuk modal asing neto yang masuk sebesar US$ 4,28 miliar. Meski, memang pada kuartal III-2021 alias hingga 19 Juli 2021, ada aliran modal asing keluar neto sebesar US$ 0,70 miliar sejalan dengan ketidakpastian keuangan global.

Meski begitu, BI masih optimistis karena Indonesia memiliki cadangan devisa yang tambun. Hingga akhir Juni 2021, tercatat cadangan devisa sebesar US$ 137,1 miliar atau setara dengan pembiayaan 9,2 bulan impor atau 8,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

“Bahkan, ini pun masih berada jauh lebih banyak dari standard kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor,” tandas Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto