JAKARTA. Bank Indonesia (BI) tengah mengkaji praktek pemberian tingkat bunga dana pihak ketiga (DPK) di atas tingkat bunga yang ditetapkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). BI berharap pelan-pelan perbankan akan menurunkan suku bunga depositonya. Hal ini sekaligus juga sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi perbankan dalam negeri. “Ini bukan persoalan jangka pendek. Tapi kita tidak boleh lelah untuk mengingatkan dan memperjuangkannya. Kita akan jalankan terus sampai dengan mungkin biaya turun 50 bps setahun, lalu turun tahun lagi tahun depan,” ucap Gubernur BI Darmin Nasution usai perhelatan Bankers Dinner, akhir pekan lalu. Menanggapi keinginan bank sentral, kalangan industri mengaku bakal mencoba melakukannya. Hanya saja, perlu kekompakan dari seluruh pelaku industri. Pasalnya, suku bunga deposito merupakan hal yang sensitif. Industri khawatir jika hanya sebagian bank yang menurunkan suku bunga, nasabah bisa menarik dananya dan menempatkan deposito di bank lain yang lebih tinggi suku bunganya. “Harus ada bank yang berani mulai,” tandas Ketua Perhimpunan Bank- Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Purnomo. Regulator harus berperan Menurutnya, untuk mendorong penurunan suku bunga deposito bukan ditentukan industri dan pasar semata. Perlu ada peran regulator juga. Pasalnya, kalaupun dibuat konsensus antara perbankan, belum tentu nantinya akan berjalan dengan baik. “Tetap aturannya kalau BI rate turun, suku bunga dana turun, baru suku bunga pinjaman turun. Kemudian dengan efisiensi akan mendorong biaya dana turun,” jelas Sigit. Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan penurunan deposito akan dilakukan bergantung pada penawaran dan permintaan di pasar. Permasalahannya sekarang, kata Jahja, kalau pertumbuhan pembiayaan meningkat tinggi, berarti kebutuhan likuiditas ikut tinggi. Bank pun akan mulai menarik dana dari masyarakat. Yang perlu jadi perhatian, jika bank tersebut tidak mendapatkan sumber dana dari tabungan. “Kalau sumber dana deposito untuk meningkatkannya bermain di bunga. Peningkatan bunganya itu yang harus kita perhatikan,” ujarnya. Jahja optimistis sekalipun bank-bank menurunkan suku bunga deposito, nasabah tak bakal berbondong-bondong memindahkan dana mereka ke bank di luar negeri. Pasalnya, di luar negeri pun suku bunga juga cenderung rendah. “Menurut saya bukan ke luar negeri tapi antarbank di lokal. Tantangannya adalah antarbank di Indonesia. Kalau deposito di satu bank turun terlalu drastis, dananya akan lari ke luar,” lanjut Jahja. Oleh karena itu, BCA mencoba dengan suku bunga deposit tetap (flat deposit rate). BCA sadar suku bunga deposito adalah hal sensitif. BCA menambah dana pihak ketiga dari tabungan dan giro. Direktur Utama Bank Mutiara Maryono menuturkan Bank Mutiara berencana menurunkan bunga deposito antara 0,5%-1%. Bunga kredit pun akan diturunkan dengan kisaran sama. “Tapi dengan catatan, penurunan bunga deposito dan kredit tidak dapat dilakukan bersamaan,” ujar Maryono.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI desak perbankan turunkan suku bunga deposito
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) tengah mengkaji praktek pemberian tingkat bunga dana pihak ketiga (DPK) di atas tingkat bunga yang ditetapkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). BI berharap pelan-pelan perbankan akan menurunkan suku bunga depositonya. Hal ini sekaligus juga sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi perbankan dalam negeri. “Ini bukan persoalan jangka pendek. Tapi kita tidak boleh lelah untuk mengingatkan dan memperjuangkannya. Kita akan jalankan terus sampai dengan mungkin biaya turun 50 bps setahun, lalu turun tahun lagi tahun depan,” ucap Gubernur BI Darmin Nasution usai perhelatan Bankers Dinner, akhir pekan lalu. Menanggapi keinginan bank sentral, kalangan industri mengaku bakal mencoba melakukannya. Hanya saja, perlu kekompakan dari seluruh pelaku industri. Pasalnya, suku bunga deposito merupakan hal yang sensitif. Industri khawatir jika hanya sebagian bank yang menurunkan suku bunga, nasabah bisa menarik dananya dan menempatkan deposito di bank lain yang lebih tinggi suku bunganya. “Harus ada bank yang berani mulai,” tandas Ketua Perhimpunan Bank- Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Purnomo. Regulator harus berperan Menurutnya, untuk mendorong penurunan suku bunga deposito bukan ditentukan industri dan pasar semata. Perlu ada peran regulator juga. Pasalnya, kalaupun dibuat konsensus antara perbankan, belum tentu nantinya akan berjalan dengan baik. “Tetap aturannya kalau BI rate turun, suku bunga dana turun, baru suku bunga pinjaman turun. Kemudian dengan efisiensi akan mendorong biaya dana turun,” jelas Sigit. Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan penurunan deposito akan dilakukan bergantung pada penawaran dan permintaan di pasar. Permasalahannya sekarang, kata Jahja, kalau pertumbuhan pembiayaan meningkat tinggi, berarti kebutuhan likuiditas ikut tinggi. Bank pun akan mulai menarik dana dari masyarakat. Yang perlu jadi perhatian, jika bank tersebut tidak mendapatkan sumber dana dari tabungan. “Kalau sumber dana deposito untuk meningkatkannya bermain di bunga. Peningkatan bunganya itu yang harus kita perhatikan,” ujarnya. Jahja optimistis sekalipun bank-bank menurunkan suku bunga deposito, nasabah tak bakal berbondong-bondong memindahkan dana mereka ke bank di luar negeri. Pasalnya, di luar negeri pun suku bunga juga cenderung rendah. “Menurut saya bukan ke luar negeri tapi antarbank di lokal. Tantangannya adalah antarbank di Indonesia. Kalau deposito di satu bank turun terlalu drastis, dananya akan lari ke luar,” lanjut Jahja. Oleh karena itu, BCA mencoba dengan suku bunga deposit tetap (flat deposit rate). BCA sadar suku bunga deposito adalah hal sensitif. BCA menambah dana pihak ketiga dari tabungan dan giro. Direktur Utama Bank Mutiara Maryono menuturkan Bank Mutiara berencana menurunkan bunga deposito antara 0,5%-1%. Bunga kredit pun akan diturunkan dengan kisaran sama. “Tapi dengan catatan, penurunan bunga deposito dan kredit tidak dapat dilakukan bersamaan,” ujar Maryono.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News