KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan dan Gubernur Bank negara-negara G20 menekankan pentingnya meningkatkan kerjasama internasional dalam menghadapi ketidakpastian global dalam pertemuan yang dilaksanakan di Buenos Aires, Argentina, pada 19 Juli-22 Juli 2018. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menyampaikan adanya kenaikan risiko nilai tukar di banyak negara, khususnya di negara berkembang. Hal inilah yang kemudian memaksa bank sentral menaikkan suku bunga acuan. "Adanya kenaikan risiko nilai tukar di banyak negara, khususnya di negara berkembang," ujar Dody dalam keterangan tertulis, Senin (23/7).
Dengan demikian, kenaikan suku bunga bank sentral demi menjaga stabilitas. Sebab, sesungguhnya ekonomi tidak membutuhkan kenaikan suku bunga. "Kondisi ekonomi domestik masih kuat dan kokoh, yang tidak memerlukan kenaikan suku bunga tersebut," jelasnya. Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya juga mengatakan, dollar AS masih akan menguat terhadap mata uang negara lain, termasuk rupiah, hingga akhir tahun ini. Kalkulasi tersebut sejalan dengan membaiknya perekonomian AS maupun adanya isu perang dagang serta geopolitik lainnya, termasuk potensi kenaikan suku bunga AS yang akan terjadi sebanyak dua kali lagi di September dan Desember mendatang. “Stance BI tetap hawkish. Fokus kami tetap menjaga stabilitas ekonomi termasuk stabilitas rupiah. Kenapa tetap, karena kenaikan yang selama ini 100 basis poin (bps) itu, kami pandang bahwa suku bunga kita sudah cukup kompetitif untuk memberi ruang aliran modal asing,” kata dia.