BI Diperkirakan akan Menahan BI Rate di Level 6,25% Pada RDG Juni Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEB Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan BI-Rate atau suku bunga acuannya di level 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini, Kamis (20/6).

“Bank Indonesia perlu mempertahankan suku bunga acuan pada level 6.25% pada pertemuan Dewan Gubernur,” mengutip seri analisis makronekonomi LPEM FEB UI terkait RDG BI Juni 2024, Kamis (20/6).

LPEM FEB UI membeberkan beberapa alasan agar BI tidak meningkatkan BI-Rate pada RDG Juni ini. Di antaranya, meskipun kondisi nilai tukar rupiah dalam tren melemah yang disebabkan oleh penguatan dolar AS, namun dampaknya tak hanya dirasakan oleh Indonesia saja.


Beberapa mata uang Asia lainnya juga menunjukkan pola depresiasi yang serupa. Baht Thailand, Ringgit Malaysia, dan Won Korea Selatan, misalnya, semuanya terdepresiasi terhadap dolar AS pada periode yang sama.

Disamping itu, secara year-to-date (ytd), rupiah telah terdepresiasi sebesar 7,07% ytd, menunjukkan kinerja yang moderat dibandingkan dengan mata uang lainnya.

Baca Juga: Rupiah Menguat Pada Rabu (19/6), Simak Proyeksinya untuk Hari ini (20/6)

Terlepas dari tantangan tersebut, cadangan devisa Indonesia mengalami peningkatan sebesar US$ 2,8 miliar, naik dari US$ 136,2 miliar pada April 2024 menjadi US$ 138,97 miliar pada Mei 2024. Peningkatan cadangan devisa ini didukung oleh penerbitan obligasi global, arus masuk ke pasar obligasi domestik, dan investasi di SRBI.

Akibatnya, cadangan devisa Indonesia saat ini setara dengan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor ditambah dengan pembayaran utang luar negeri pemerintah, yang secara signifikan melebihi standar internasional untuk kecukupan cadangan devisa yaitu sekitar tiga bulan impor.

Kemudian, inflasi juga dalam tren terus menurun dan tetap berada dalam kisaran target BI, karena berkurangnya permintaan konsumen pasca Idul Fitri dan stabilnya harga bahan pangan akibat musim panen yang berlangsung.

Meskipun rupiah terdepresiasi selama empat minggu terakhir, peningkatan cadangan devisa memberikan penyangga yang signifikan terhadap tekanan ini.  Selain itu, perbedaan suku bunga dengan Amerika Serikat saat ini masih terkendali sementara strategi tiga intervensi Bank Indonesia semakin mendukung stabilitas mata uang.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi