BI Diprediksi Akan Menaikkan Bunga Acuan di Tahun Depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah tantangan mesti diantisipasi dalam proses pemulihan ekonomi nasional pada tahun depan. Diantaranya, tantangan seperti tapering off dan potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).

Bank Sentral AS juga telah memulai proses pengurangan stimulus atau tapering off sejak November 2021. Namun, inflasi di AS yang melesat ke level 6,2% yoy berpotensi mengubah arah kebijakan moneter AS.

Research Director BRI Research Institute Anton Hendranata menyebut, inflasi ini memacu AS untuk mempercepat normalisasi moneter yang disertai peningkatan nilai tapering off dan  segera mengerek suku bunga acuan untuk menghindari overheating.  "Ini akan membawa dampak bagi Indonesia sebagai emerging market,” kata Anton dalam keterangan tertulis, Minggu (26/12). 


Baca Juga: The Fed Akan Naikkan Suku Bunga Kebijakan, BI Siapkan Kuda-Kuda

Anton menyebut Bank Indonesia (BI) kemungkinan ikut mengerek suku bunga acuan pada 2022. Prediksi BRI, suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR) akan naik dari 3,50% menjadi 4,25%-4,50%.

Ia berharap, industri perbankan memperhatikan kondisi likuiditas yang tidak akan selonggar tahun ini. Pasalnya, likuiditas bisa terdampak karena adanya perlambatan dana pihak ketiga (DPK).

“Tren 25 tahun terakhir menunjukan ketika ada ekonomi sedang menurun atau konsolidasi DPK akan berada di atas kredit," terangnya. 

Sebaliknya, ketika dalam masa pemulihan atau ekspansi seperti tahun depan, pertumbuhan kredit kemungkinan melampaui DPK dan kondisi likuiditas juga perlu menjadi perhatian perbankan. 

Oleh karena itu, BRI akan menjaga penyaluran kredit bagi UMKM. Ruang bagi BRI untuk memompa kredit dapat dilihat dari loan to deposit ratio (LDR) yang masih berada di level 83% atau berada di bawah ketentuan regulator yang sebesar 92%. 

"Penyaluran kredit BRI hingga kuartal III-2021 masih didominasi oleh segmen UMKM dengan komposisi 82,67% terhadap total portofolio kredit," kata Anton. 

Dari sisi permodalan, BRI memiliki rasio kecukupan modal (CAR) yang sangat baik untuk terus tumbuh secara berkelanjutan. CAR BRI berada di angka 24,54% atau tiga kali lipat dari threshold BI. 

Bank pelat merah ini memproyeksikan pertumbuhan kredit perseroan pada tahun depan akan lebih baik dikisaran 8%-10% yoy. Ketika ekonomi mengalami pemulihan, industri perbankan juga akan membaik. 

"Ini akan tampak dari pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibanding tahun 2021 dan DPK yang tumbuh lebih terbatas,” imbuh Anton.

Baca Juga: Jaga Rupiah, BI Siapkan Intervensi untuk Antisipasi Kenaikan Suku Bunga The Fed

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat