KONTAN.CO.ID – BANDUNG. Federal Reserve (The Fed) akhirnya pangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran target 4,5%-4,75% di tengah pekan ini. Ekonom Senior Bank Permata Faisal Rachman menilai, merespon pemangkasan suku bunga The Fed, nampaknya Bank Indonesia (BI) akan mengambil sikap yang lebih hati-hati terhadap pemotongan suku bunga hingga tahun 2024 dan 2025. “BI mungkin akan memangkas suku bunga secara lebih bertahap untuk menstabilkan rupiah selama volatilitas pasar yang meningkat di era Trump,” tutur Faisal kepada Kontan, Jumat (8/11).
Baca Juga:
Powell Isyaratkan Siap Hadapi Trump demi Bela The Fed Faisal memproyeksikan BI akan memangkas suku bunga BI hanya sebesar 25 bps menjadi 5,75% pada kuartal IV 2024. Proyeksi tersebut turun dari ekspektasi awal yakni sebesar 50 bps. Sementara itu, pada tahun 2025 mendatang, BI diperkirakan memangkas suku bunganya sebesar 25 bps lagi menjadi 5,50%. Proyeksi tersebut turun dari ekspektasi sebelumnya yakni sebesar 75 bps. Adapun Faisal memperkirakan, The Fed masih akan menurunkan suku bunganya lagi sebesar 25 bps pada Desember 2024, sehingga menutup tahun pada level 4,50%. Pemangkasan tersebut sejalan dengan adanya kekhawatiran tentang pelemahan ekonomi AS, khususnya di sektor manufaktur dan investasi swasta, semakin meningkat. Nah karena proyeksi lintasan penurunan suku bunga Fed yang lebih bertahap, Faisal menyebut, prospek arus masuk modal ke pasar portofolio Indonesia akan lebih terbatas, sehingga menambah tekanan ke bawah pada rupiah. “Sebagai hasilnya, kami telah merevisi perkiraan nilai tukar rupiah kami menjadi Rp 15.600 – Rp 16.000 per dolar AS untuk tahun 2024 (naik dari sekitar Rp 15.400 per dolar AS) dan menjadi Rp 15.400 – Rp 15.800 per dolar AS untuk tahun 2025 (naik dari sekitar Rp 14.800 per dollar AS),” ungkapnya. Baca Juga:
Isyarat Powell Setelah The Fed Memangkas Suku Bunga pada Kamis (7/11) Dalam kesempatan terpisah, Kepala Ekonom BCA David Sumual juga meramal BI akan memangkas suku bunganya sebesar 25 bps pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI November 2024 ini. “BI proyeksinya akan ikut penurunan Fed rate tapi
subject to movement rupiah juga. Internal balance terkait ada indikasi pelemahan daya beli terkait dengan penurunan inflasi inti akhir-akhir ini,” kata David. Di samping itu, David juga melihat dalam dua minggu terakhir sebelum dan sesudah pemilu AS, arus keluar obligasi pemerintah asing juga sangat deras. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari