KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cadangan devisa Indonesia menembus rekor tertinggi sebesar US$ 150,2 miliar pada akhir bulan Agustus 2024. Meski begitu, ekonom menilai cadangan devisa masih cukup rentang karena ditopang oleh dana asing. Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto melihat cadangan devisa masih cukup rentan lantaran kenaikan pada akhir Agustus 2024 tersebut ditopang oleh dana asing yang masuk ke portofolio, seperti Surat Berharga Negara (SBN), saham maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Hal itu menurutnya yang membuat Bank Indonesia masih menahan tingkat suku bunga. "Meski rupiah menguat dan dibanjiri capital inflow serta inflasi yang rendah, BI masih akan menahan kebijakan suku bunganya pada bulan ini," ujarnya kepada Kontan, Jumat (6/9).
Baca Juga: Tembus US$ 150,2 Miliar, Pertumbuhan Cadangan Devisa RI Diproyeksikan Melambat Menurut Mydral BI masih mementingkan stabilitas moneter dengan suku bunga yang tetap terjaga. Hal itu diharapkan asset investasi Indonesia dapat tetap menarik di mata investor global. "BI juga mempertimbangkan kenapa masih tetap stay di level BI Rate 6,25%, karena dari sisi pertumbuhan kredit juga masih tumbuh tinggi dan dapat dilihat juga dari sisi pertumbuhan ekonomi juga masih bisa mampu tumbuh di atas 5%," ungkapnya. BI saat ini relatif berjaga-jaga untuk melakukan stabilitas moneter dengan tetap menjaga suku bunga di level 6,25% di tengah kondisi money inflow, terutama dari sentimen terkait dengan ekspektasi penurunan bunga The Fed. Baca Juga: Cadangan Devisa Indonesia Diprediksi Naik Hingga Akhir 2024, Ini Pendorongnya