BI diproyeksikan tahan suku bunga, begini prediksi IHSG di akhir 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sinyal Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) untuk melakukan pengetatan stimulus moneter sudah semakin kuat. The Fed mengumumkan mulai mengurangi program pembelian obilgasi (tapering off) pada akhir November 2021.

Sebagai langkah awal, pembelian obligasi akan dipangkas US$15 miliar per bulan dari nilai pembelian saat ini mencapai US$ 120 miliar per bulan.

Analis Phillip Sekuritas Indonesia Helen Vincentia melihat, risiko kebijakan tapering tahun ini lebih dapat diminimalisasi terhadap pasar dibandingkan dengan tapering yang terjadi tahun 2013. Hal tersebut didukung oleh kondisi ekonomi Indonesia yang lebih baik, yang ditandai dengan sejumlah indikator seperti  kondisi current account deficit (CAD) dan cadangan devisa.


“Selain itu, tapering juga sudah diantisipasi oleh pasar,” terang Helen kepada Kontan.co.id, Minggu (14/11).

Baca Juga: IHSG rawan koreksi di pekan depan, simak sentimen yang akan mempengaruhinya

Meskipun sejumlah indikator perekonomian mulai membaik, Helen menilai, Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan tingkat suku bunga di level saat ini, yakni 3,5% hingga akhir tahun. Helen menyebut, suku rendah ini dipertahankan untuk mendorong pemulihan ekonomi  domestik.

Dus, Phillip Sekuritas memproyeksikan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir tahun akan berada  di level 6.800. Proyeksi ini didorong oleh optimisme pemulihan ekonomi seiring dengan meredanya kasus harian Covid-19. Di tambah, sejumlah data ekonomi seperti Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur juga menunjukkan peningkatan.

Dalam risetnya, Kamis (11/11), Analis Mirae Asset Sekuritas  Hariyanto Wijaya, Emma A. Fauni, dan Rizkia Darmawan memasang tiga skenario untuk IHSG di akhir tahun. Mirae Asset mempertahankan skenario dasar (base case) IHSG mencapai 6.880 pada akhir tahun 2021 dengan probabilitas 60%.

Mirae Asset juga mengasumsikan adanya skenario bull case dengan probabilitas 30% dengan proyeksi IHSG mencapai  level 7.100 di akhir tahun. Terakhir, Mirae Asset memasang skenario bear case dengan probabilitas 10%, dengan proyeksi IHSG mencapai 6.485.

Namun, Hariyanto, Emma, dan Rizkia menilai, IHSG akan condong untuk bertumbuh didorong oleh meningkatkan kegiatan ekonomi setelah terkendalinya kasus harian Covid-19 dan kemajuan vaksinasi, harga komoditas yang menguntungkan dan laba bersih  emiten pada per kuartal III-2021 yang berda di atas ekspektasi.

Mirae Asset juga menilai, dampak pemberlakuan tapering terhadap pasar saham Indonesia akan minimal. Indonesia dinilai berada dalam posisi yang lebih baik untuk menghadapi tapering global, berkat adanya defisit transaksi berjalan Indonesia yang membaik dan cadangan devisa yang lebih solid.

Derasanya aliran masuk dana asing  yang terus berlanjut ke pasar ekuitas Indonesia selama beberapa bulan terakhir juga membuat risiko tantrum di pasar keuangan Indonesia akan minimal. “Karena investor asing tampaknya cukup percaya diri dengan Indonesia,” tulis Haryanto, Emma, dan Rizkia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dinilai akan bangkit pada kuartal keempat seiring dengan relaksasi pembatasan mobilitas masyarakat (PPKM). Pemulihan yang terjadi pada kuartal keempat ini terutama didorong oleh konsumsi  sektor swasta yang menyumbang setengah dari ekonomi Indonesia. Selain itu, harga komoditas yang tetap solid belakangan ini akan mendorong posisi ekspor Indonesia.

Salah satunya adalah harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). La Nina dengan intensitas lemah hingga sedang akan menjaga harga CPO di level yang menguntungkan. Sebab, curah hujan yang lebih tinggi akan menjaga harga CPO tetap baik untuk bulan-bulan mendatang. 

Selanjutnya: IHSG diprediksi melemah, simak pergerakan saham WIKA, HMSP, BSDE pada Senin (15/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat