SURABAYA. Bank Indonesia (BI) mendukung langkah pemerintah yang kini tengah mengaji penerapan subsidi tetap untuk bahan bakar minyak (BBM). Penerapan subsidi tetap dinilai lebih sehat dari sisi fiskal. "Yang diperlukan untuk menyikapi fluktuasi harga minyak adalah skim pengelolaan sehat, salah satunya fixed subsidy," ujar Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Solikin M. Juhro kepada wartawan di Surabaya, Sabtu (13/12). Solikin menuturkan, penerapan fixed subsidy atau subsidi tetap adalah salah satu alternatif solusi bagi pemerintah di tengah munculnya berbagai pertanyaan mengapa pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada saat harga minyak dunia melorot tajam.
Solikin mengatakan, pihak bank sentral pun tidak menduga sebelumnya, ketika harga minyak dunia yang masih di kisaran 105 dollar AS per barel, mendadak terjun bebas bak roller coaster. "Siapa yang bisa nyangka, Juni itu masih 105, tiba-tiba anjlok. Waktu menaikkan harga BBM itu, asumsi yang dipakai masih 105 dollar AS per barel. Kalau ini (harga BBM bersubsidi) diturunkan lagi, kemudian harga minyak dunia naik lagi, apa tidak mengganggu fiskal? Makanya alternatifnya fixed subsidy," jelas Solikin.