BI: Faktor domestik bisa redam dampak China



JAKARTA. Kondisi perekonomian China memang menjadi salah satu isu yang menjadi perhatian Bank Indonesia (BI) dalam menentukan kebijakan. Bank Sentral China atau People's Bank of China (PBOC) kembali memberlakukan kebjiakan melemahkan mata uang yuan alias devaluasi.

Tidak hanya itu, data-data ekonomi China juga menunjukkan pelambatan. Salah satunya adalah indeks non manufaktur China mengalami penurunan pada Desember 2015 lalu ke level 50,2 dari 51,2 pada November 2015.Indeks non manufaktur ini menggambarkan kondisi kegiatan ekonomi di sektor jasa (service) China.

Seperti diketahui, pemerintah China tengah berupaya mengubah kebjiakan ekonomi dari yang berorientasi manufaktur menjadi ekonomi berorientasi jasa. Sehingga, pertumbuhan kegiatan ekonomi di sektor jasa menjadi faktor penentu pertumbuhan negeri Tirai Bambu ini.


Memburuknya kondisi China ini menyebabkan para pemodal di pasar keuangan China melepas portofolionya. Buntutnya otoritas Bursa Efek China menghentikan perdagangan setelah indeks tenggelam 7,2%.

Hal ini pun berimbas ke pasar domestik. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berdasarkan kurs tengah BI amblas 0,5% ke level Rp 13.946.

Juda Agung, Deputi Gubernur bidang Ekonomi dan Moneter BI mengatakan, BI akan terus menjaga stabilitas rupiah di pasar.

"Faktor-faktor (ekonomi) domestik cukup positif untuk meredam dampak dari China," ujarnya, Kamis (7/1).

Salah satu amunisi BI untuk meredam gejolak rupiah adalah cadangan devisa (cadev). Gubernur BI Agus Martowardojo sebelumnya menyatakan, cadangan devisa masih dalam posisi aman, yakni ada di kisaran US$ 100 miliar per akhir tahun lalu.

Namun, berdasarkan rumor yang beredar, cadagangan devisa di akhir 2015 ada di bawah US$ 100 miliar atau sekitar US$ 97 miliar. Ketika dikonfirmasi, Juda hanya bilang, "Besok (Jumat, 8/1) cadev diumumkan".

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia