BI gandeng regulator negara lain untuk pengawasan



JAKARTA. Pengawasan terhadap bank yang beroperasi lintas negara memang tidak bisa sendiri-sendiri. Agar kontrol terhadap bank skala global itu semakin efektif, semua bank sentral di muka bumi ini harus lebih mempererat kerjasama.

Bank Indonesia (BI) sendiri terus memperbanyak mitra pengawasan dengan regulator negara lain. Yang terbaru, BI membuat kesepakatan dengan Australian Prudential Regulation Authority, Financial Services Commission Korea dan Financial Supervisory Service Korea. Kerjasama berlaku sejak 6 Juni 2012 lalu.

Sebelumnya, BI telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Bank Negara Malaysia, China Banking Regulatory Commission serta Monetary Authority of Singapore pada tahun 2010.


Gubernur BI, Darmin Nasution, mengatakan upaya ini menindaklanjuti hasil Financial Sector Assessment Program (FSAP) yang dilaksanakan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).

"Momentum ini saling bertukar informasi dan meningkatkan kerjasama di area pengawasan," katanya dalam rilis, Selasa (26/6).

Darmin menjelaskan, kerjasama itu meliputi pertukaran informasi hasil pengawasan bank, pelaksanaan pemeriksaan bank lintas negara dan menggelar pertemuan rutin antar pengawas.

Presiden Direktur Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja, menuturkan, kerjasama ini sangat bermanfaat bagi perbankan. Sebab industri keuangan sangat saling terkait, sehingga kesalahan di satu tempat bisa merembet ke tempat lain.

Agar itu tidak terjadi, bank sentral ataupun otoritas pengawasan bank harus bisa bekerjasama. "Tentu harus transparan, sehingga manfaatnya dirasakan semua pihak," jelas Parwati, Selasa (26/6).

Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, Riswinandi, menyampaikan kerjasama ini sangat berguna bagi bank lokal yang ingin mengembangkan bisnis di luar negeri. Bank sentral yang sudah menjalin kemitraan jadi lebih gampang memberikan perizinan. "Saat akan membuka cabang di Shanghai, China, kami nyaris gagal. Salah satu penyebabnya, BI dan bank sentral di China belum menjalin kerjasama," katanya.

Setelah ada hubungan, proses jadi lebih mudah. "Pertukaran informasi juga memudahkan kami memahami sektor yang sedang berkembang di negara lain. Informasi ini juga berguna bagi investor di sana yang ingin masuk ke Indonesia," kata Riswinandi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.