KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 12-13 Oktober 2020. Sejumlah ekonom pun memprediksi, bank sentral akan mempertahankan suku bunga acuan alias BI 7
Day Reserve Repo Rate (BI7-DRRR) di level 4%. Contohnya, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual yang memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuan dalam RDG bulan ini. "Indikator volatilitas meningkat terkait perkembangan eksternal seperti pemilu Amerika Serikat (AS), pandemi Covis-19, dan pasar modal. Sementara aliran dana asing relatif stagnan," kata dia kepada Kontan.co.id, Senin (12/10).
Baca Juga: UU Cipta Kerja permudah akses investor mendirikan bank syariah David pun mengimbau, daripada menurunkan suku bunga acuan, bank sentral lebih baik fokus dalam upaya menjaga stabilitas terlebih dahulu. Senada dengan David, peneliti ekonomi senior Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi pun memperkirakan, bank sentral akan kembali menahan suku bunga acuannya dalam RDG bulan ini. Meski demikian Eric melihat, bank sentral masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuan karena inflasi yang rendah. "Penurunan suku bunga acuan malah berisiko menekan rupiah ketika kondisi pasar finansial global masih tidak menentu akibat wabah Covid-19 dan ketidakpastian di pasar finansial AS, menjelang pemilihan presiden di bulan November 2020," jelas Eric dalam laporan yang diterima Kontan.co.id, Minggu (11/10). Selain itu, penurunan suku bunga, kebijakan lebih lanjut dikhawatirkan bisa tidak efektif dalam mendorong pertumbuhan kredit perbankan, seiring dengan permintaan terhadap kredit yang masih lemah. IKS pun memperkirakan bahwa suku bunga acuan masih akan tetap berada di level 4,00% hingga akhir tahun 2020 ini. Danareksa Research Institute (DRI) juga memperkirakan hal yang sama. Kepala ekonom DRI Moekti P. Soejachmoen mengatakan, kalau BI akan mempertahankan suku bunga acuan dalam RDG bulan ini.
Baca Juga: BI diprediksi tahan suku bunga, IHSG bisa lanjut reli pada Selasa (13/10) Bahkan, hingga akhir tahun lembaga tersebut memperkirakan kalau BI tidak akan memangkas atau meningkatkan suku bunga acuan lagi, dengan menimbang beberapa hal.
Pertama, pertumbuhan ekonomi yang cenderung meningkat dengan lambat.
Kedua, nilai tukar rupiah yang masih volatil dan bahkan mengalami pelemahan pada bulan September 2020 lalu.
Ketiga, pertumbuhan kredit yang masih lemah dan bahkan menurun pada Agustus 2020. "BI mencatat pertumbuhan kredit pada bulan tersebut sebesar 1,04% yoy, lebih rendah dari bulan Juli 2020 yang sebesar 1,53% yoy," pungkas Moekti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari