JAKARTA. Bila kenaikan bahan bakar minyak (BBM) jadi naik di semester kedua, Bank Indonesia (BI) memperhitungkan inflasi akhir tahun 2012 bisa mencapai 6,6%. Hal tersebut sudah mempertimbangkan batalnya kenaikan tarif dasar listrik (TDL). "Kalaupun BBM batal jadi naik, maka angkanya bisa di bawah 6,8%. Mungkin sekitar 6,6%," ujar Gubernur BI Darmin Nasution, Kamis (12/4). Ia menambahkan, apabila BBM jadi naik dengan skenario Rp 1.500 per liter atau subsidi tetap Rp 2.000 per liter, maka bisa memberikan tambahan sebesar 2,3%-2,7% terhadap total inflasi. Tanpa perhitungan tambahan tersebut, BI memperkirakan inflasi bisa berada di level 4,4%. Dengan begitu, bila kebijakan perubahan harga BBM diterapkan maka inflasi pada 2012 akan berkisar 6,7%-7,2%. Sekedar mengingatkan, pemerintah memutuskan menunda kenaikan harga BBM subsidi pada awal April 2012. Rapat Paripurna DPR memutuskan pemerintah bisa menaikkan harga BBM subsidi bila rata-rata harga minyak mentah selama enam bulan terakhir mencapai 15% di atas patokan APBNP 2012 atau sebesar US$ 120,75 per barel. Sebagian kalangan memperkirakan, kenaikan ini bakal terjadi sekitar bulan Juni. "Ekspetasinya tergantung kalau harga naik, kapan naiknya. Kalau misalnya Juni naik, hitungan yang tadi kita tambahkan di situ. Kalau naiknya Juli lain lagi, naik Oktober lain lagi. Inflasi akan bergerak memperhitungkan ekspektasi," ujar Darmin. Ekspektasi yang dimaksud ialah bagaimana masyarakat termasuk para pedagang merespons perkiraan kenaikan BBM serta kapan kenaikan dilakukan. "Kami lihat pada minggu pertama April ini sudah mulai terjadi inflasi. Padahal, periode yang sama tahun lalu masih terjadi deflasi. Ini karena ada ekspektasi," tutur Darmin. Sementara itu, bila harga BBM sama sekali tidak terjadi tanpa ekspektasi pasar, BI memperkirakan inflasi bisa sebesar 4,3%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI: Inflasi akhir tahun bisa mencapai 6,6%
JAKARTA. Bila kenaikan bahan bakar minyak (BBM) jadi naik di semester kedua, Bank Indonesia (BI) memperhitungkan inflasi akhir tahun 2012 bisa mencapai 6,6%. Hal tersebut sudah mempertimbangkan batalnya kenaikan tarif dasar listrik (TDL). "Kalaupun BBM batal jadi naik, maka angkanya bisa di bawah 6,8%. Mungkin sekitar 6,6%," ujar Gubernur BI Darmin Nasution, Kamis (12/4). Ia menambahkan, apabila BBM jadi naik dengan skenario Rp 1.500 per liter atau subsidi tetap Rp 2.000 per liter, maka bisa memberikan tambahan sebesar 2,3%-2,7% terhadap total inflasi. Tanpa perhitungan tambahan tersebut, BI memperkirakan inflasi bisa berada di level 4,4%. Dengan begitu, bila kebijakan perubahan harga BBM diterapkan maka inflasi pada 2012 akan berkisar 6,7%-7,2%. Sekedar mengingatkan, pemerintah memutuskan menunda kenaikan harga BBM subsidi pada awal April 2012. Rapat Paripurna DPR memutuskan pemerintah bisa menaikkan harga BBM subsidi bila rata-rata harga minyak mentah selama enam bulan terakhir mencapai 15% di atas patokan APBNP 2012 atau sebesar US$ 120,75 per barel. Sebagian kalangan memperkirakan, kenaikan ini bakal terjadi sekitar bulan Juni. "Ekspetasinya tergantung kalau harga naik, kapan naiknya. Kalau misalnya Juni naik, hitungan yang tadi kita tambahkan di situ. Kalau naiknya Juli lain lagi, naik Oktober lain lagi. Inflasi akan bergerak memperhitungkan ekspektasi," ujar Darmin. Ekspektasi yang dimaksud ialah bagaimana masyarakat termasuk para pedagang merespons perkiraan kenaikan BBM serta kapan kenaikan dilakukan. "Kami lihat pada minggu pertama April ini sudah mulai terjadi inflasi. Padahal, periode yang sama tahun lalu masih terjadi deflasi. Ini karena ada ekspektasi," tutur Darmin. Sementara itu, bila harga BBM sama sekali tidak terjadi tanpa ekspektasi pasar, BI memperkirakan inflasi bisa sebesar 4,3%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News