JAKARTA. Bulan Juli disinyalir menjadi bulan dengan lonjakan inflasi tertinggi. Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi serta lonjakan harga pangan menjelang Ramadan jadi pemicu utama peningkatan inflasi. Inflasi Juli diperkirakan akan mencapai 2,87%, padahal sebelumnya, Bank Indonesia memprediksi inflasi hanya mencapai 2,77%, dan untuk inflasi di akhir tahun atau year on year (yoy) mencapai 8%. "Bulan Juli itu berdasarkan update terakhir, inflasinya bisa mencapai 2,87%," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Selasa (30/7). Itulah sebabnya prediksi inflasi di akhir tahun meningkat jadi 8,18%. Nilai ini jauh tinggi melebihi target inflasi yang ditargetkan pemerintah sebesar 7,2%. Untuk menyiasati inflasi yang meninggi ini, Agus, harus dilakukan koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan BI dalam memantau stabilitas harga. Dalam hal ini, BI melihat komoditas yang harganya meningkat sudah mulai mengalami penurunan. Namun masih ada barang komoditas yang lambat penurunan harganya seperti bawang merah, cabe, dan ayam. Sementara itu Deputi Gubernur BI Perry Warjiwo menjelaskan, dalam inflasi 2,87% tersebut, kelompok administer price inflasinya 1,2%, kelompok volatile food atau bahan makanan sebesar 1,5%, dan inflasi inti sebesar 0,1%. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa nantinya di bulan Agustus inflasi akan turun di bawah 1%, kemungkinan sebesar 0,9%. Dan selanjutnya di bulan September akan kembali normal. Namun, pemerintah dan BI juga mesti hati-hati karena menjelang akhir tahun akan ada kecenderungan untuk naik kembali akibat libur hari raya Natal. Kepala Ekonom BII Juniman berpendapat, BI harus kembali menaikkan suku bunga deposito facility atau Fasbi rate sebesar 25-50 bps lagi. Asal tahu saja, sebelumnya BI sudah menaikkan Fasbi rate sebesar 25 bps pada 12 Juni lalu dari 4% menjadi 4,25%. Perkiraan kenaikan Fasbi ini dilakukan pada bulan Agustus mendatang agar inflasi bisa terjaga di target yang ditetapkan pemerintah yakni 7,2% hingga akhir tahun."Gunanya adalah pertama untuk menahan ekspetasi inflasi naik lagi dan kedua adalah supaya rupiah tidak tertekan melemah terus menerus," tandas Juniman. Tugas BI tidak hanya selesai dengan menaikkan BI rate sebesar 50 bps pada 11 Juli lalu. Tugas berikutnya adalah BI bersama dengan pemerintah harus melakukan stabilisasi pasar. Operasi pasar harus dilakukan agar harga komoditas tidak naik terus menerus. Untuk inflasi sendiri, BII masih memprediksi inflasi di bulan Juli bisa mencapai 2,74% dan inflasi di akhir tahun hanya 7,98%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI: Inflasi bisa tembus 8,18%
JAKARTA. Bulan Juli disinyalir menjadi bulan dengan lonjakan inflasi tertinggi. Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi serta lonjakan harga pangan menjelang Ramadan jadi pemicu utama peningkatan inflasi. Inflasi Juli diperkirakan akan mencapai 2,87%, padahal sebelumnya, Bank Indonesia memprediksi inflasi hanya mencapai 2,77%, dan untuk inflasi di akhir tahun atau year on year (yoy) mencapai 8%. "Bulan Juli itu berdasarkan update terakhir, inflasinya bisa mencapai 2,87%," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Selasa (30/7). Itulah sebabnya prediksi inflasi di akhir tahun meningkat jadi 8,18%. Nilai ini jauh tinggi melebihi target inflasi yang ditargetkan pemerintah sebesar 7,2%. Untuk menyiasati inflasi yang meninggi ini, Agus, harus dilakukan koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan BI dalam memantau stabilitas harga. Dalam hal ini, BI melihat komoditas yang harganya meningkat sudah mulai mengalami penurunan. Namun masih ada barang komoditas yang lambat penurunan harganya seperti bawang merah, cabe, dan ayam. Sementara itu Deputi Gubernur BI Perry Warjiwo menjelaskan, dalam inflasi 2,87% tersebut, kelompok administer price inflasinya 1,2%, kelompok volatile food atau bahan makanan sebesar 1,5%, dan inflasi inti sebesar 0,1%. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa nantinya di bulan Agustus inflasi akan turun di bawah 1%, kemungkinan sebesar 0,9%. Dan selanjutnya di bulan September akan kembali normal. Namun, pemerintah dan BI juga mesti hati-hati karena menjelang akhir tahun akan ada kecenderungan untuk naik kembali akibat libur hari raya Natal. Kepala Ekonom BII Juniman berpendapat, BI harus kembali menaikkan suku bunga deposito facility atau Fasbi rate sebesar 25-50 bps lagi. Asal tahu saja, sebelumnya BI sudah menaikkan Fasbi rate sebesar 25 bps pada 12 Juni lalu dari 4% menjadi 4,25%. Perkiraan kenaikan Fasbi ini dilakukan pada bulan Agustus mendatang agar inflasi bisa terjaga di target yang ditetapkan pemerintah yakni 7,2% hingga akhir tahun."Gunanya adalah pertama untuk menahan ekspetasi inflasi naik lagi dan kedua adalah supaya rupiah tidak tertekan melemah terus menerus," tandas Juniman. Tugas BI tidak hanya selesai dengan menaikkan BI rate sebesar 50 bps pada 11 Juli lalu. Tugas berikutnya adalah BI bersama dengan pemerintah harus melakukan stabilisasi pasar. Operasi pasar harus dilakukan agar harga komoditas tidak naik terus menerus. Untuk inflasi sendiri, BII masih memprediksi inflasi di bulan Juli bisa mencapai 2,74% dan inflasi di akhir tahun hanya 7,98%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News