BI: Ingin go international, bank harus siap dengan dana tinggi bukan insentif



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menilai perlakuan resiprokal perbankan tidak bisa disamaratakan. Pasalnya, tidak semua negara memiliki prinsip atau aturan yang sama dengan Indonesia. "Kalau bank kita yang beroperasi di luar negeri mengharapkan perlakukan yang sama dengan dalam negeri tentu tidak bisa. Di luar negeri berhadapan dengan ketentuan di negara tersebut," ujar Kepala Biro Humas BI Difi A Johansyah, Jumat (12/8). Menurutnya, BI sudah lama memperjuangkan akses bank-bank lokal ke luar negeri seperti di Malaysia, Singapura dan China. Permasalahannya, apakah bank lokal mau mengikuti atau tidak ketentuan di sana. Kalau ternyata, misalkan, di Malaysia persyaratan modalnya lebih tinggi daripada di dalam negeri, seharusnya bank yang ingin go international sudah siap. Sementara itu, menanggapi adanya bank besar yang meminta insentif sebagai bank internasional menurutnya tidak perlu. "Itu sangat memalukan. Mereka sudah besar dan mempunyai daya saing sendiri. Kalau mau ke skala dunia, apa harus pakai insentif dulu? ," kata Difi. Ia menambahkan, resiprokal juga perlu melihat alasannya. Selama ini bank-bank asing masuk ke Indonesia lantaran memang negara asal mereka memiliki banyak penanaman modal asing di Indonesia. "Nah, sekarang kalau bank kita ke luar negeri itu motifnya apa dulu? Bank-bank kita mampu tidak untuk mengelola bisnis trade financing, wealth management yang merupakan keunggulan bisnis bank internasional dan investment house. Kalau sudah bisa bersaing, bank kita tidak perlu meminta insentif," papar Difi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: