BI intervensi pasar, cadangan devisa tetap aman



JAKARTA. Penurunan peringkat utang Amerika Serikat (AS) oleh Standard and Poor\'s (S&P) sempat pelaku pasar kalang kabut. Tekanan jual di pasar pun merebak termasuk di pasar keuangan Indonesia. Guna menstabilkan pasar, Bank Indonesia (BI) mengakui sempat melakukan intervensi ke pasar, terutama setelah peringkat utang AS turun. Ini demi menjaga kurs rupiah tetap stabil.

Deputi Gubernur BI, Hartadi A. Sarwono, menyatakan bahwa intervensi tersebut menggunakan dana cadangan devisa. "Pengurangan cadangan devisa secara keseluruhan belum tahu tapi tidak terlalu besar," ujar Hartadi, Selasa (16/8) lalu.

Ia juga menjamin intervensi ini tidak akan menggangu posisi cadangan devisa Indonesia. Merujuk data BI per Juli 2011, cadangan devisa mencapai US$ 122,7 miliar. Saat ini posisi cadangan devisa masih tak jauh dari level tersebut.


Toh, ia yakin, cadangan devisa bakal kembali menggelembung. Apalagi ila kebijakan quantitative easing ketiga diterapkan Bank Sentral AS, The Federal Reserve.Hartadi bilang, Indonesia harus siap dengan instrumen investasi yang memadai menghadapi kemungkinan derasnya aliran masuk dana asing tersebut. "Kita harus tahu apa yang mau kita jual karena uang yang masuk ada. Paling repot kalau kita kehabisan yang mau dijual. Bisa-bisa dananya masuk ke instrumen yang sifatnya spekulatif jadi gampang keluar masuk," ujar Hartadi.Akan lebih baik apabila dana asing yang masuk itu hinggap pada proyek-proyek investasi langsung, sehingga lebih bermanfaat bagi perekonomian Indonesia. BI mengklaim sudah menyiapkan sejumlah instrumen guna menstabilkan pasar bila dana asing yang kelak masuk tiba-tiba keluar lagi.Salah satunya, Hartadi menyebutkan, rencana BI membeli surat berharga negara (SBN) rupiah dengan menggunakan dollar AS. Hanya saja, pembelian SBN tersebut akan dilakukan melalui operasi pasar terbuka (OPT). "Bukan membeli diam-diam. Bisa masuk lewat pasar sekunder," imbuh dia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat jatuh tersungkur. Dana-dana asing sempat kabur, terutama dari saham dan pasar surat utang negara (SUN).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can