JAKARTA. Setelah terkoreksi tajam dalam sepekan terakhir, pasar surat utang negara (SUN) mulai pulih. Intervensi yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dan stabilnya nilai tukar rupiah memberikan angin segar bagi pasar obligasi. Pemulihan pasar obligasi tercermin dari indeks kinerja obligasi pemerintah (INDOBeX Government Total Return) yang naik 0,45% dibandingkan hari sebelumnya, menjadi 173,48. Ini tertinggi sejak 9 Desember 2014. Bandingkan dengan posisi 16 Desember lalu, saat indeks ini jatuh ke 167,92 atau yang terendah sejak 20 Oktober 2014. Kala itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar terpuruk mendekati Rp 12.800. Artinya, dalam sepekan, indeks kinerja obligasi pemerintah ini sudah mendaki 3,3%. Rontoknya pasar surat utang efek dari pelemahan rupiah. Ini memicu dana asing keluar (outflow) dari pasar surat berharga negara (SBN).
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang mencatat, per 22 Desember 2014, kepemilikan asing tersisa Rp 457,14 triliun, atau 37,49% dari SBN yang diperdagangkan. Jumlah ini menyusut Rp 25,06 triliun dibandingkan awal Desember. Namun, langkah BI membeli lebih banyak obligasi berhasil menstabilkan harga. Sepekan terakhir, BI menambah kepemilikan senilai Rp 16,07 triliun. Alhasil, per 22 Desember, kepemilikan BI dalam SBN mencapai Rp 31,9 triliun atau 2,62%. Padahal, awal Desember, hanya 0,03%. Ariawan, analis obligasi Sucorinvest Central Gani, menilai, belakangan ini, BI memang agresif menjaga nilai tukar rupiah dan pasar obligasi. Masih volatil Saat ini, rupiah stabil di kisaran Rp 12.400. Sementara, harga SUN seri benchmark FR0070 (10 tahun) naik ke level 100,38 per Selasa (22/12), dibandingkan pekan lalu terkoreksi hingga level 99,91. "BI masih akan terus masuk ke pasar setidaknya hingga akhir tahun ini," prediksinya. Seiring membaiknya pasar domestik, Ariawan menduga, dana asing akan kembali masuk di awal 2015. Lelang SUN bakal menjadi momentum asing kembali masuk. Apalagi, risiko nilai tukar berkurang seiring stabilnya rupiah.