BI isyaratkan jaga pergerakan nilai tukar rupiah



JAKARTA. Bank Indonesia memberikan isyarat akan selalu menjaga pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS agar sesuai fundamentalnya, meskipun saat ini rupiah sedang mengalami tekanan eksternal.

"Kita selalu ada di pasar dan menjaga fluktuasinya ada diambang batas yang bisa diterima serta tetap menyakinkan kepercayaan masyarakat dan pasar pada nilai tukar rupiah," kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Senin (2/3).

Agus menjelaskan tekanan eksternal berupa penguatan dollar AS karena membaiknya perekonomian Amerika Serikat, telah mempengaruhi mata uang di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, namun pelemahan rupiah masih dirasakan lebih baik.


"Di antara negara-negara berkembang yang setara dengan Indonesia, nilai pelemahan rupiah dibandingkan Brasil, Turki dan Afrika Selatan, kita masih lebih baik. Kita yakinkan ini masih mencerminkan fundamentalnya," ujarnya.

Ia memperkirakan volatilitas nilai tukar rupiah untuk tahun ini akan bergerak pada kisaran plus minus tiga hingga lima persen ke atas maupun ke bawah dari asumsi nilai tukar dalam APBN-P 2015 sebesar Rp12.500 per dollar AS.

"Tentu ini sejalan dengan perkembangan (ekonomi) di dunia, normalisasi kebijakan The Fed dan besarnya permintaan valuta asing yang terjadi setiap akhir tahun," kata Agus, yang masih bisa menerima pelemahan rupiah hingga mendekati Rp13.000 ini.

Sementara, terkait kebijakan BI selanjutnya terkait kemungkinan adanya penurunan suku bunga acuan (BI Rate) karena indikator inflasi mulai menunjukkan adanya perbaikan, Agus mengatakan hal itu tergantung dari rilis data ekonomi terbaru.

"Itu semua betul-betul tergantung pada data, kita tidak bisa menyampaikan pada saat sekarang. Kalau ke depan kita tentu masih menyimak tentang pengendalian inflasi oleh pemerintah dan perkembangan neraca transaksi berjalan," ujarnya.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, pada Senin sore, bergerak melemah sebesar 13 poin menjadi Rp12.943 per dollar AS dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.930 per dollar AS.

Tekanan terhadap rupiah itu salah satunya dipicu oleh rencana bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, selain karena dampak penurunan suku bunga Tiongkok untuk kedua kalinya dalam tiga bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto