JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali mengkaji besaran giro wajib minimun (GWM) valuta asing (valas). Hal ini dilakukan karena likuiditas valas yang masuk melalui perbankan sangat besar. "Apalagi kalau BI rate dinaikan, capital inflow pasti akan sangat besar," ujar Hartadi A Sarwono, Deputi Gubernur BI. Saat ini, GWM valas bank masih sebesar 1%.Oleh sebab itu, wacana ini kembali dipertimbangkan oleh BI agar likuiditas tersebut bsia terserap secara optimal melalui GWM. "Memang ada pemikiran untuk mengelola likuidtitas dengan GWM, khususnya valas karena likuiditas yang mengali saat ini tak hanya dalam bentuk rupiah," tutur Hartadi.Sebelumnya pada saat krisis terjadi pada tahun 2008 BI sengaja melonggarkan likuiditas dengan menurunkan GWM dari 9% menjadi 5%. "Jadi kita akan menormalkan lagi," jelas Hartadi. Termasuk GWM valas yang pada tahun 2008 diturunkan dari 3% menjadi 1%.BI akan membahas pengkajian GWM ini secara internal. "Intinya, hal ini dilakukan untuk memenej likuiditas yang bisa berbahaya terhadap invlasi khususnya valas," pungkas Hartadi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI Kaji Besaran GWM
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali mengkaji besaran giro wajib minimun (GWM) valuta asing (valas). Hal ini dilakukan karena likuiditas valas yang masuk melalui perbankan sangat besar. "Apalagi kalau BI rate dinaikan, capital inflow pasti akan sangat besar," ujar Hartadi A Sarwono, Deputi Gubernur BI. Saat ini, GWM valas bank masih sebesar 1%.Oleh sebab itu, wacana ini kembali dipertimbangkan oleh BI agar likuiditas tersebut bsia terserap secara optimal melalui GWM. "Memang ada pemikiran untuk mengelola likuidtitas dengan GWM, khususnya valas karena likuiditas yang mengali saat ini tak hanya dalam bentuk rupiah," tutur Hartadi.Sebelumnya pada saat krisis terjadi pada tahun 2008 BI sengaja melonggarkan likuiditas dengan menurunkan GWM dari 9% menjadi 5%. "Jadi kita akan menormalkan lagi," jelas Hartadi. Termasuk GWM valas yang pada tahun 2008 diturunkan dari 3% menjadi 1%.BI akan membahas pengkajian GWM ini secara internal. "Intinya, hal ini dilakukan untuk memenej likuiditas yang bisa berbahaya terhadap invlasi khususnya valas," pungkas Hartadi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News