JAKARTA. Peningkatan risiko kehati-hatian utang berbasis valuta asing (valas) bila dibanding aset dalam bentuk valas menjadi perhatian Bank Indonesia (BI) saat ini. Salah satu opsi rasio alias persentase yang dikaji BI dalam penentuan kehati-hatian tersebut adalah maksimal 70% utang dalam bentuk valas. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan saat ini kajian BI adalah maksimum utang valas adalah 70% dari aset valas yang dipunyai korporasi. Apabila lebih dari batas itu maka harus ditindaklanjuti dengan hedging atawa lindung nilai. "Salah satu indikator bisa seperti itu. Sisanya harus hedging," ujar Mirza pekan lalu. Alasan BI mengatur utang dalam bentuk valas, diakui Mirza, adalah untuk keamanan korporasi sendiri.
BI kaji opsi batas maksimal 70% utang valas
JAKARTA. Peningkatan risiko kehati-hatian utang berbasis valuta asing (valas) bila dibanding aset dalam bentuk valas menjadi perhatian Bank Indonesia (BI) saat ini. Salah satu opsi rasio alias persentase yang dikaji BI dalam penentuan kehati-hatian tersebut adalah maksimal 70% utang dalam bentuk valas. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan saat ini kajian BI adalah maksimum utang valas adalah 70% dari aset valas yang dipunyai korporasi. Apabila lebih dari batas itu maka harus ditindaklanjuti dengan hedging atawa lindung nilai. "Salah satu indikator bisa seperti itu. Sisanya harus hedging," ujar Mirza pekan lalu. Alasan BI mengatur utang dalam bentuk valas, diakui Mirza, adalah untuk keamanan korporasi sendiri.